JAKARTA, KOMPAS.TV - Meta Platforms, yang merupakan perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 12.000 orang.
Mengutip dari Business Insider, Senin (10/10/2022), hal itu dilakukan karena perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg tersebut terimbas perlambatan ekonomi global dan penurunan belanja.
Business Insider mendapat laporan dari orang dalam Meta, Mark Zuckerberg meminta para eksekutif untuk melakukan tinjauan internal dan memilih setidaknya 15 persen dari tim mereka untuk diberi label sebagai 'membutuhkan dukungan'.
Dalam proses peninjauan internal, seseorang yang "membutuhkan dukungan" dianggap berkinerja di bawah target perusahaan. Hal itu berarti kemungkinan PHK sekitar 15 persen dari tenaga kerja Facebook, atau sekitar 12.000 karyawan. Laporan itu juga menyebutkan, ada pembicaraan terkait PHK oleh seorang pekerja Meta di Blind, sebuah aplikasi yang populer di kalangan pekerja teknologi.
“15 persen ini kemungkinan akan dimasukkan ke dalam PIP (rencana peningkatan kinerja) dan dilepaskan,” tulis pekerja tersebut.
Baca Juga: Shopee Hengkang Dari India dan Prancis, Ada Apa Nih?
Jika pegawai termasuk dalam status "membutuhkan dukungan", mereka akan diberi waktu 30 hari untuk mencari posisi baru di perusahaan atau keluar.
Sebelumnya, Meta juga mengumumkan penghentian sementara karena kekhawatiran resesi dunia. Keputusan Meta mengikuti langkah serupa oleh perusahaan teknologi lainnya seperti Apple, Microsoft dan Google.
"Saya berharap ekonomi akan lebih stabil sekarang, tetapi dari apa yang kami lihat sepertinya belum, jadi kami ingin merencanakan agak konservatif," kata Zuckerberg kepada karyawan selama sesi tanya jawab mingguan.
Dia mengatakan Meta akan memotong anggaran di sebagian besar tim. Para pekerja Facebook harus mencari cara untuk menangani perubahan jumlah karyawan. Pada Juni, Meta berencana untuk memotong perekrutan ahli setidaknya 30 persen tahun ini.
Perusahaan teknologi memang menjadi salah satu pihak yang terdampak dari resesi global saat ini. Tak terkecuali perusahaan teknologi yang beroperasi di Indonesia. Misalnya, PHK yang dilakukan Shopee Indonesia terhadap ratusan karyawannya beberapa waktu lalu, tak terlepas dari kondisi keuangan sang induk usaha, yaitu Sea Ltd.
Baca Juga: Kenaikan Suku Bunga AS Ternyata Penyebab PHK Karyawan Shopee, Ini Penjelasannya
Perusahaan berbasis teknologi asal Singapura itu kini sedang menjalankan efisiensi ketat. Jajaran direksi Sea bahkan berkomitmen untuk tidak mengambil gaji mereka sampai kondisi keuangan perusahaan membaik.
Mengutip dari South China Morning Post, Kamis (22/9/2022), efisiensi yang dilakukan raksasa game dan e-commerce Singapura itu adalah upaya untuk melindungi diri dari perlambatan ekonomi yang mengancam perusahaan teknologi.
"Tim kepemimpinan telah memutuskan bahwa kami tidak akan mengambil kompensasi tunai sampai keuangan perusahaan bisa mandiri," kata Chief Executive Officer Sea Ltd. Forrest Li.
“Kita sekarang dapat melihat bahwa ini bukan badai yang berlalu dengan cepat: kondisi negatif ini kemungkinan akan bertahan hingga jangka menengah," ujarnya.
Forrest Li mengakui saat ini bisnis sedang sulit. Yakni di era kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan pasar yang bergejolak.
Baca Juga: Ancaman Resesi Global 2023, Ekonom: Tetap Konsumsi dan Belanja Seperti Biasa
Seperti diketahui, bank sentral di berbagai negara khususnya Amerika Serikat, telah beberapa kali menaikkan suku bunga acuannya. Hal itu membuat investor global mengalihkan investasi mereka ke instrumen yang lebih aman atau safe haven.
Misalnya emas, surat utang pemerintah AS, hingga menyimpan aset dalam mata uang dollar AS. Investor juga mempertanyakan prospek keuntungan perusahaan teknologi dan harga saham perusahaan teknologi yang terus menurun.
Akibatnya, Sea Ltd telah kehilangan kapitalisasi pasar sekitar 170 miliar dollar AS.
"Dengan investor yang melarikan diri untuk investasi 'safe haven', kami tidak mengantisipasi untuk dapat mengumpulkan dana di pasar," ujar Li.
"Tujuan utama perusahaan untuk 12 hingga 18 bulan ke depan adalah untuk mencapai arus kas positif sesegera mungkin," sambungnya.
Selain mengurangi karyawan, Sea Ltd juga membatasi perjalanan bisnis dengan hanya menggunakan penerbangan ekonomi dan biaya makan perjalanan dibatasi hingga 30 dollar AS per hari.
Baca Juga: Luhut: Katanya Saya Populer, Tapi Saya Tak Ingin Jadi Calon Presiden
Mereka juga membatasi pengeluaran untuk menginap di hotel untuk perjalanan bisnis menjadi 150 dollar per malam dan memotong penggantian untuk tagihan makan dan hiburan.
“Satu-satunya cara bagi kami untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada modal eksternal adalah menjadi mandiri, menghasilkan cukup uang untuk semua kebutuhan dan proyek kami sendiri,” tuturnya.
Sementara itu, Ekonom Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengatakan, bukan tidak mungkin akan terjadi PHK lagi oleh perusahaan sejenis di Indonesia.
"Bagi perusahaan yang masih mengandalkan permodalan dari luar negeri, memang lebih berisiko terdampak resesi global," ujar Eko saat dihubungi Kompas TV beberapa waktu lalu.
"Apalagi jika ada perusahaan yang mendapat pendanaan dari venture capital yang sama dengan yang mendanai Shopee. Bukan tidak mungkin mereka akan kesulitan modal sehingga akhirnya mem-PHK karyawannya," kata Eko.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.