Nah, krisis ekonomi terburuk yang dialami Indonesia adalah pada periode 1997-1998. Krisis dimulai dengan masalah moneter di Thailand yang menyebabkan investor keluar dari kawasan Asia Tenggara karena kehilangan kepercayaan.
Krisis moneter yang menjadi krisis ekonomi saat itu dialami oleh hampir semua negara di Asia Tenggara dan Asia Timur, namun Indonesia menjadi negara yang paling terpukul. Karena krisis ini tidak hanya berdampak terhadap ekonomi tetapi juga berdampak signifikan dan menyeluruh terhadap sistem politik dan keadaan sosial di Indonesia.
Mengutip dari laman Indonesiainvestment.com, pada tanggal 1 Januari 1998, nilai nominal rupiah hanya 30 persen dari nilai yang pernah dicapai pada bulan Juni 1997. Nilai tukar rupiah yang mulanya Rp 2.700 per 4 Agustus 1997, melonjak jadi Rp 14.555 per 23 Januari 1998.
Anjloknya nilai rupiah membuat perusahaan di Indonesia berlomba-lomba membeli dolar sehingga menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap rupiah dan memperburuk situasi utang yang dimiliki oleh para perusahaan.
Pemerintah Indonesia meminta bantuan pada IMF yang memberikan pinjaman 43 miliar dollar AS. Namun IMF meminta Indonesia melakukan sederet langkah penyehatan ekonomi, termasuk menutup belasan bank swasta. Hal itu mengakibatkan penarikan yang besar-besaran di bank lain dan membuat kesulitan keuangan.
Baca Juga: BLT Ojol Cair Rp150.000/Bulan, Asosiasi Minta Tambah 2 Kali Lipat dan Subsidi Pertalite
Akhirnya, Bank Indonesia memberikan bantuan likuiditas yang ternyata bermasalah sampai sekarang. Krisis ekonomi saat itu juga disebabkan oleh kekeringan parah yang disebabkan oleh El Nino. Sehingga menyebabkan kebakaran hutan dan hasil panen yang buruk.
Kemudian peningkatan spekulasi tentang memburuknya kesehatan Soeharto sehingga menyebabkan adanya ketidakpastian politik.
Pada 1996, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 8 persen, 1997 sebesar 4,7 persen, lalu 1998 sebesar minus 13,6 persen. Lalu tingkat inflasi pada 1996 tercatat sebesar 6,5 persen, 1997 sebesar 11,6 persen, dan puncaknya 1998 mencapai 65 persen.
Inflasi selangit dan jebloknya nilai rupiah, membuat tabungan dan investasi masyarakat yang ada di bank juga menjadi tidak bernilai.
Kenaikan harga-harga membuat konsumsi menurun, penjualan perusahaan merosot, hingga perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan Kerja (PHK).
Baca Juga: Krisis Inggris Memilukan, Anak Sekolah Pura-Pura Makan dari Kotak Kosong Karena Tak Mampu Beli Bekal
Dalam sebuah laporan yang diunggah di situs resmi Bank Indonesia, disebutkan jumlah pengangguran sebelum krisis ada di angka 3 atau 4 juta jiwa. Namun pada tahun 1998, jumlah pengangguran diprediksi membengkak menjadi 13,8 juta orang. Artinya, ada sekitar 9,8 juta orang pengangguran baru yang tercipta pada tahun 1998.
Laporan itu ditulis oleh beberapa Wakil Kepala Kajian APEC UI, Lepi Tarmizi, dalam laporan berjudul ‘Krisis Moneter Indonesia: Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran’ (1999).
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.