JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo menyatakan, Indonesia bisa mengambil kesempatan dari suburnya pertumbuhan startup di tanah air, di tengah kondisi geopolitik dan krisis pangan yang melanda dunia.
Jokowi mengatakan, saat ini semua negara di dunia sedang mengalami kesulitan. Lembaga-lembaga internasional juga menyampaikan tahun ini sangat sulit dan tahun depan akan lebih gelap. Ada belasan ribu orang yang mati setiap harinya akibat kelaparan.
"Saat saya bertemu dengan Presiden Putin selama dua setengah jam diskusi, ditambah dengan ketemu dengan Presiden Zelenskyy satu setengah jam saya berdiskusi, saya menyimpulkan perang tidak akan segera selesai, akan lama," kata Jokowi saat membuka BUMN Startup Day Tahun 2022, di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Senin (26/9/2022).
"Itu berakibat pada kesulitan-kesulitan yang lain, krisis pangan, krisis energi, krisis finansial, COVID-19 yang belum pulih. Akibatnya kita tahu, sekarang ini baru saja saya dapat angka 19.600 orang setiap hari mati kelaparan karena krisis pangan," ujar Jokowi seperti dikutip dari laman resmi Sekretariat Presiden.
Baca Juga: Gencar Bangun Jalan Tol Hingga Bendungan, Apakah Rencana Jokowi untuk Indonesia di Sisa Jabatannya?
Tapi menurutnya, ada peluang yang bisa diambil oleh Indonesia karena ekonomi digital RI tumbuh pesat dan tertinggi di Asia Tenggara.
Jokowi menyebut, nilai ekonomi digital RI di 2020 sebesar Rp632 triliun lalu akan melompat menjadi Rp4.531 triliun nanti di 2030.
"Artinya, peluangnya besar sekali. Ini adalah kesempatan Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara sekalian terutama yang muda-muda karena juga pengguna internet di Indonesia itu sudah mencapai 77 persen, 77 persen, dan penggunaannya 8 jam 36 menit setiap harinya coba. Besar sekali potensi yang ada," tutur Jokowi.
Ia juga mengingatkan jumlah startup yang dimiliki Indonesia adalah yang terbanyak ke-6 di dunia. Yaitu setelah Amerika, India, UK, Kanada, dan Australia.
Namun, kategorinya masih didominasi oleh startup di sektor teknologi keuangan atau financial technology (fintech), yakni sebesar 23 persen dari total jumlah startup, disusul retail 14 persen.
Baca Juga: Mendag Zulkifli Hasan Minta Rp100 T Per Tahun ke Jokowi, untuk Apa Saja?
"Padahal tadi kalau kita lihat, urusan masalah krisis pangan, urusan pangan ke depan ini akan menjadi persoalan besar yang harus dipecahkan oleh teknologi," ucap Jokowi.
"Itu adalah kesempatan, itu adalah peluang, itu adalah opportunity, dan agriculture hanya 4 persen. Hati-hati, ini ada kesempatan besar di situ. Karena di dalam urusan pangan itu ada yang namanya urusan produksi, ada yang namanya urusan distribusi, ada yang namanya urusan pasar," tambahnya.
Jokowi juga menyinggung adanya krisis kesehatan dengan munculnya berbagai penyakit yang menyebar ke banyak negara.
"Kita ini negara dengan 17 ribu pulau, 514 kabupaten/kota, 34 provinsi, apa yang bisa kita lakukan agar kesehatan kita ini bisa melompat? Telemedisin bisa disambungkan, operasi jarak jauh bisa disambungkan dengan platform, dengan aplikasi," kata Jokowi.
Kemudian terkait UMKM. Ia mengatakan Indonesia mempunyai 65,4 juta UMKM namun baru sekitar 19 juta UMKM yang masuk ke platform digital. Padahal dengan memanfaatkan teknologi digital, bisa membuat UMKM menjangkau pasar yang lebih besar.
Baca Juga: Pakai Kompor Listrik 1.000 Watt tapi Enggak Perlu Tambah Daya? PLN: Ada Jalur Kabel Khusus
"Hati-hati 80 persen sampai 90 persen startup gagal saat merintis, karena sekali lagi, tidak melihat kebutuhan pasar yang ada. Berangkatnya mestinya dari kebutuhan pasar yang ada itu apa," sebut Jokowi.
"Yang kedua, juga karena kehabisan dana. Ini nanti fungsinya venture capital, fungsinya BUMN, agar ekosistem besar yang ingin kita bangun ini bisa saling sambung sehingga semuanya terdampingi dengan baik dan bisa tidak gagal untuk masuk ke pasar-pasar, ke peluang-peluang yang ada di negara kita," kata Jokowi.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.