JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, harga makanan dan dan minuman (mamin) memang sudah naik dalam beberapa waktu terakhir.
Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi).
Kenaikan harga juga membuat produk dalam negeri bersaing cukup ketat dengan produk olahan sejenis yang berbahan baku impor.
"Khusus harga jual kami ingin menyampaikan berdasarkan studi Gapmmi ada kenaikan harga jual 5-15 persen, akhir-akhir ini," kata Agus dalam rapat kerja dengan anggota dewan, dikutip dari kanal YouTube Komisi VII DPR RI, Senin (22/8/2022).
Namun Ia tidak menjelaskan produk apa saja yang harganya naik 5-15 persen. Kenaikan harga mamin itulah yang menjadi Salah satu tantangan pemerintah, dalam mengembangkan Industri Kecil dan Menengah (IKM) yang mengolah produk dengan bahan baku di dalam negeri.
Baca Juga: Kata Menhub agar Dapat Tiket Pesawat Murah: Naiknya Siang dan Hari Kerja
Tantangan lainnya selain harga jual adalah, ketersediaan bahan baku.
"Ketersediaan bahan baku pangan masih fluktuasi karena dipengaruhi oleh musim panen dan kualitas bibit," ujar Agus.
Ia menambahkan, teknologi dan permesinan masih rendah dalam penerapan pembuatan olahan produk intermediate sehingga kurang memenuhi standar produk. Kemudian IKM juga masih perlu penguatan kompetensi sumber daya manusia (SDM).
Terakhir masih ada kurang penerapan standardisasi dan sistem keamanan pangan.
"Masih banyak IKM pengolah pangan yang memiliki bangunan, sarana, dan peralatan industri kurang menunjang, sanitasi dan hygiene karyawan yang kurang pada akhirnya menyebabkan spesifikasi produk akhir tidak konsisten," ungkap Agus.
Baca Juga: Pecah Rekor! Harga Telur Ayam Tertinggi Sepanjang Sejarah, Ini Penyebabnya
"Diperlukan pedoman yang mengatur pengolahan agar aman, bermutu dan layak dikonsumsi," lanjut nya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Juli 2022 mencapai 0,64 persen dibanding Juni 2022, sementara inflasi tahunan sudah hampir tembus 5 persen, atau berada di level 4,94 persen dibanding Juli 2021.
“Secara tahunan tadi kami sampaikan inflasi Juli 2022 ini sebesar 4,94 persen. Ini merupakan inflasi yang tertinggi sejak Oktober 2015 yang pada saat itu inflasi mencapai 6,25 persen,” ucap Margo dalam konferensi pers virtual, Senin (1/8).
Kelompok yang memberikan andil paling besar terhadap inflasi adalah kelompok harga bergejolak (volatile food). Adapun harga bergejolak tercatat mengalami inflasi sebesar 1,41 persen secara bulanan atau secara tahunan 11,47 persen. Dengan capaian inflasi tersebut, andil kelompok ini terhadap inflasi mencapai 0,25 persen.
Baca Juga: Misi Luhut ke AS Bulan Depan, Bikin "Pecah Telor" Investasi Tesla di RI
Menurut Margo, komoditas penyumbang utama peningkatan harga kelompok bergejolak adalah cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit. Ketiga komoditas ini menyumbang inflasi karena ada gangguan pasokan di sentra produksi akibat cuaca.
Penyumbang kedua adalah komponen harga diatur pemerintah. Harga diatur pemerintah mencatat inflasi sebesar 1,17 persen mom dan secara tahunan sebesar 6,51 persen yoy. Andil-nya terhadap inflasi inti mencapai 0,21 persen.
Kalau dilihat, penyebab utama peningkatan andil inflasi harga diatur pemerintah adalah kenaikan tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, rokok kretek filter, dan peningkatan tarif listrik 3.500 VA.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.