JAKARTA, KOMPAS.TV - Pihak Mirae Asset Sekuritas memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,08 persen di akhir tahun 2022 ini.
Ekonom Senior Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto mengatakan, pertumbuhan itu sudah berada di level normal sebelum pandemi.
Sebagai informasi, ekonomi RI tumbuh 3,69 persen pada tahun 2021.
Pemulihan diproyeksikan akan berlanjut di semester kedua 2022 karena pandemi tetap terkendali.
“Pertumbuhan ini sudah mencapai level pertumbuhan normal sebelum COVID-19, lalu didorong oleh konsumsi rumah tangga yang mengalami kenaikan signifikan dibandingkan tahun 2021,” kata Rully dalam Mirae Asset Second Semester 2022 Market Outlook, dikutip dari laman hotstock.id/web/insights, Rabu (13/7/2022).
Berdasarkan hasil riset, Rully menyatakan konsumsi rumah tangga akan tumbuh hingga 4,81 persen year on year di 2022 atau lebih tinggi dibandingkan 2021 yang sebesar 2,02 persen.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Investasi Reksa Dana dengan Kinerja Terbaik
Sementara ekspor sepanjang 2022 diperkirakan tumbuh 10,31 persen year on year atau lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada 2021 yang sebesar 24,04 persen.
Sedangkan impor, lanjut Rully, diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari ekspor yakni sebesar 12,54 persen year on year.
“Ekspor memang masih akan tetap tinggi, meskipun tidak setinggi di 2021. Karena memang kita lihat prospek pertumbuhan ekonomi global sendiri kurang baik, kita lihat harga-harga komoditas ekspor unggulan kita menurun dan impor akan mengalami kenaikan,” jelas Rully.
Ia menyampaikan, ekonomi Indonesia juga akan disumbang oleh investasi yang diperkirakan tumbuh hingga 6,87 persen.
Hingga kuartal I-2022, investasi langsung di Indonesia tumbuh sebesar 28,5 persen yoy menjadi Rp 219,7 triliun, atau 23,5 persen dari target tahun ini.
Baca Juga: Paninvest Borong Saham Panin Financial, Kini Jadi Pemegang Saham Terbesar
Kemudian, investasi asing langsung melonjak ke rekor tertinggi Rp 147,2 triliun.
Hal ini didorong oleh kuatnya permintaan komoditas dan meningkatnya kepercayaan investor terhadap kebijakan investasi Indonesia.
Seiring pemulihan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia mengumumkan sedang dalam proses untuk menghapus insentif pajak yang diperkenalkan sejak awal pandemi Covid-19.
Kementerian Keuangan juga sudah mulai mengurangi ruang lingkup insentif fiskal dan jumlah penerima manfaat yang memenuhi syarat seperti, pengurangan beberapa jenis pajak penghasilan berakhir pada Juni 2022, diikuti dengan diakhirinya pengurangan PPN atas pembelian mobil dan rumah baru.
Rully pun memprediksi belanja pemerintah akan turun 12,21 persen dibanding tahun lalu.
Kemudian inflasi akan mencapai 4,95 persen year on year di akhir tahun ini.
Baca Juga: Waspada! Ramai Jadi Prank di TikTok, Vhising Ternyata Modus Penipuan
“Dari sisi fiskal, kontribusi dari pengeluaran pemerintah terhadap PDB akan negatif karena pemerintah sedang melakukan konsolidasi untuk mengembalikan defisit APBN ke bawah 3 persen dari PDB,” tutur Rully.
"Dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi, kami memperkirakan inflasi inti akan meningkat yang menyebabkan kenaikan BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR) dua kali lipat sebesar 25 bps pada kuartal ketiga 2022 dan kuartal keempat 2022 menjadi 4 persen pada akhir tahun ini," sambungnya.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.