BUENOS AIRES, KOMPAS.TV - Bank Sentral Argentina menaikkan suku bunga acuannya sebesar 300 basis poin, menjadi 52 persen. Angka itu adalah yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir dan diterapkan untuk menghambat laju inflasi yang mencapai 60 persen.
Argentina memang menjadi salah satu negara dengan tingkat inflasi tertinggi di dunia. Ekonomi Argentina juga dihadapkan pada kenaikan harga energi dan pangan dunia, serta melemahnya nilai tukar peso terhadap dollar AS.
Tindakan itu diambil oleh Argentina bersamaan dengan inflasi global yang juga meningkat, bank sentral negara Eropa, Amerika Serikat, dan Brazil juga telah mengerek Suku bunganya untuk melawan kenaikan harga-harga.
Dengan dinaikannya Suku bunga acuan, diharapkan bunga kredit menjadi mahal sehingga permintaan akan barang-barang menurun. Kenaikan Suku bunga acuan juga akan meningkatkan bunga simpanan di bank, tabungan dan deposito misalnya, sehingga warga akan tertarik menyimpan dananya di bank.
Baca Juga: Rusia Denda Google 15 Juta Rubel karena Masalah Data Pengguna
"Kenaikan suku bunga bertindak terutama dengan mendorong tabungan dalam peso," kata pihak Bank Sentral Argentina, seperti dikutip dari Antara, Jumat (17/6/2022).
Kenaikan harga global dipicu serangan Rusia ke Ukraina, yang mendongkrak harga minyak. Kenaikan harga minyak lalu merembet pada kenaikan barang dan jasa, dengan persentase di atas 10 persen di beberapa negara dunia.
Pada Mei 2022, Argentina mengalami inflasi sebesar 5,1 persen dan diprediksi akan mengalami inflasi hingga 70 persen di akhir tahun ini. Hal itu akan menggerus nilai tabungan masyarakat di bank dan membuat kenaikan upah tidak berarti.
Argentina adalah pengekspor utama kedelai, jagung, dan gandum, yang semakin menjadi fokus di tengah krisis pasokan global. Negara ini juga merupakan debitur terbesar untuk IMF, mengamankan kesepakatan baru senilai 44 miliar dolar AS awal tahun ini.
Baca Juga: Inflasi Bikin Bank Sentral AS Naikkan Suku Bunga, Tertinggi Sejak 1994
Sebelumnya, Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin pada hari Rabu (15/6/2022) waktu setempat. Kenaikan itu menjadi yang tertinggi sejak tahun 1994, guna menahan laju inflasi di Negeri Paman Sam.
Inflasi AS pada Mei 2022 tercatat mencapai 8,6 persen yang juga merupakan kenaikan tertinggi sejak tahun 1981.
Keputusan kenaikan suku bunga itu diambil dalam Federal Open Market Committee (FOMC). Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, kenaikan suku bunga dilakukan dengan pertimbangan matang. Pihaknya juga terus memantau pergerakan inflasi kedepannya.
FOMC juga menetapkan menaikkan suku bunga pinjaman acuan ke kisaran 1,5 persen-1,75 persen, naik dari nol pada awal tahun.
“Jelas, kenaikan 75 basis poin hari ini adalah yang luar biasa besar, dan saya tidak berharap pergerakan sebesar ini menjadi hal biasa. Keputusan ini dibuat dari pertemuan demi pertemuan, dan The Fed akan terus mengomunikasikan niat kami sejelas mungkin. Kami ingin melihat kemajuan hingga inflasi turun, tidak lama lagi," kata Powell seperti dikutip dari The Wall Street Journal, Kamis (16/6/2022).
Baca Juga: BBM Bakal Kena Cukai, Siap-Siap Harga Naik? Ini Kata Pertamina
Apa yang dilakukan The Fed tidak akan berhenti disitu. Suku bunga acuan diperkirakan masih akan meningkat seiring dengan tingginya inflasi.
Menurut Powell, kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan berada di kisaran 3,4 persen hingga Desember 2022.
Jumlah itu naik dari proyeksi pada Maret 2022, sebesar 1,9 persen.
"Kegiatan ekonomi secara keseluruhan tampaknya telah meningkat. Lapangan kerja juga cukup luas, dengan tingkat pengangguran tetap rendah. Inflasi yang tetap tinggi, mencerminkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, seperti harga energi yang tinggi,” kata Powell.
Dengan naiknya suku bunga acuan, maka bunga kredit dan bunga simpanan di perbankan Amerika juga akan meningkat. Sehingga akan membuat masyarakat mengerem belanja mereka dan lebih memilih menyimpan dana mereka di bank.
Selain menekan laju inflasi, kenaikan suku bunga acuan juga akan menstabilkan harga-harga. Kenaikan harga di AS salah satunya dipicu melonjaknya harga BBM, akibat perang Rusia-Ukraina. Naiknya harga BBM akhirnya berimbas pada kenaikan harga barang-barang lainnya.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.