Zelaya juga menegaskan, kehancuran pasar mata uang kripto tidak meningkatkan risiko keuangan dari adopsi BTC.
“Ketika mereka memberi tahu saya bahwa risiko fiskal untuk El Salvador karena Bitcoin sangat tinggi, satu-satunya hal yang dapat saya lakukan adalah tersenyum. Risiko fiskal sangat minim," ucapnya.
Namun di tengah turunnya harga Bitcoin, El Salvador belum mengumumkan lagi investasi lebih lanjut mereka untuk membeli mata uang kripto buatan Satoshi Nakamoto itu.
JUST IN: El Salvador's Finance Minister says a $40 million loss on their #Bitcoin investment does not even represent 0.5% of their national budget.
— Watcher.Guru (@WatcherGuru) June 14, 2022
Baca Juga: Rusia Invasi ke Ukraina, Harga Bitcoin dan Kripto Lainnya Langsung Anjlok
Akan tetapi, kerugian yang dialami El Salvador itu masih lebih rendah dari yang diderita oleh MicroStrategy.
Perusahaan Amerika Serikat yang menyediakan jasa intelijen bisnis, perangkat lunak seluler, dan layanan berbasis cloud itu diketahui mendapat kerugian yang lebih besar.
MicroStrategy, perusahaan yang memiliki Bitcoin terbanyak itu, disebut mengalami kerugian yang belum direalisasi mencapai $1 miliar atau Rp14,7 triliun.
Sebelumnya MicroStrategy dilaporkan telah menghabiskan sekitar $4 miliar untuk mengumpulkan simpanan hampir 130.000 koin.
Namun, karena tren menurunnya pasar cryptocurrency baru-baru ini, nilai kepemilikan mereka turun menjadi $3 miliar.
Meski mengalami kerugian, CEO dan pendiri perusahaan masih bullish (untung) di BTC, menyangkal asumsi bahwa MicroStrategy akan menjual seluruh Bitcoin-nya.
Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi Tembus Rp1 Miliar di 2022
Sumber : CryptoPotato
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.