Selain itu, perubahan fokus usaha dan investor juga menjadi alasan di balik PHK massal dan tutup nya startup. Sebut saja Zenius, Tanihub, Link Aja, yang sudah secara resmi mengumumkan PHK.
Tidak hanya di Indonesia. Fenomena redupnya bisnis startup juga terjadi di dunia. Startup Clubhouse misalnya, yang tenar saat pandemi juga sudah mengumumkan PHK.
Aplikasi obrolan suara ini didirikan oleh Paul Davision dan Rohan Seth. Serta dikembangkan oleh perusahaan software Alpha Exploration Co dan dirilis pada Maret 2020 lalu.
Lewat aplikasi Clubhouse, pengguna bisa melakukan streaming audio, melakukan panggilan suara, hingga membuat acara dengan topik khusus yang dikemas mirip seperti podcast.
Di sisi lain, Ketum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (ATSINDO) Handito Joewono menilai, fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di sejumlah startup adalah hal yang wajar. Lantaran PHK dilakukan dalam rangka konsolidasi dan restrukturisasi perusahaan.
Baca Juga: Waspada Penipuan Berkedok Program BCA Prioritas, Korban Bisa Rugi Ratusan Juta Rupiah
Handito mengatakan, PHK dilakukan lebih untuk memperkuat fondasi perusahaan di masa mendatang sehingga tidak perlu dikuatirkan.
"Konsolidasi dan restrukturisasi perusahaan merupakan proses bisnis terus menerus yang harus dilakukan semua perusahaan, termasuk startup company yang ingin terus tumbuh menjadi lebih besar. Jadi wajar dan normal bila dari proses tersebut ada PHK, apalagi bila prospek bisnisnya kurang cerah," tutur Handito saat dihubungi KOMPAS TV, Selasa (31/5/2022).
Jika ada yang menyebut hari-hari keemasan startup sudah berlalu, Handito menyatakan justru PHK dilakukan dalam rangka menyiapkan diri menyambut era kebangkitan startup.
Perubahan ekosistem bisnis juga dihadapi startup yang berstatus unicorn dan decacorn, yang kini melantai di bursa saham.
"Karena hal itu dilakukan dalam rangka konsolidasi dan restrukturisasi maka tidak perlu dipermasalahkan," kata Handito.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.