Untuk menangani hal itu, lanjut Sri Mulyani, ada hal yang bisa kita tangani untuk sementara, misalnya menjaga harga barang.
“Barangnya, harganya, diatur oleh pemerintah. Seperti pertalite, pupuk, listrik, bahkan sekarang minyak goreng,” jelasnya.
Ia melanjutkan, saat ini persoalan ekonomi dunia terdiri dari dua sisi, yakni sisi demand dan sisi supply.
“Kalau dari sisi demand side, karena kemarin terkena pandemi, ada konsumsi yang belum pulih, ada investasi yang belum pulih,” ungkapnya.
Meski demikian, lanjut Sri, jika melihat konsumsi yang sudah tumbuh di angka 4,4 persen, serta pembentukan modal domestik bruto juga sudah tumbuh di atas 4,1 persen, kita patut berbesar hati terjadi pemulihan, namun masih pada level yang belum kita harapkan.
Jadi, kata Sri, agar konsumsi bisa tumbuh di atas lima persen, daya beli masyarakat harus dijaga.
Padahal, daya beli masyarakat sekarang bisa terancam karena kenaikan harga komoditas dunia.
Oleh sebab itu, investasi harus didorong. Jika investasi hanya tergantung dari pemerintah, menurutnya tidak bisa tumbuh cukup tinggi.
Investasi, lanjut dia, harus didorong dari swasta dan dari BUMN.
“Kedua, sumber investasi yang berasal dari perbankan. Nah, kredit perbankan sudah tumbuh di atas enam persen, untuk kredit modal kerja tumbuh di atas tujuh persen,” katanya.
“Ini baik. Jauh lebih baik dari tahun sebelumnya yang tumbuhnya masih di bawah lima persen. Namun belum cukup tinggi, masih harus ditingkatkan,” tegasnya.
Dengan adanya kegiatan masyarakat seperti lebaran, masyarakat yang mudik hingga mencapai 84 juta orang, akan menimbulkan optimisme baru.
Baca Juga: Airlangga Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Lebih Tinggi Dari Cina Hingga AS
Dunia usaha, kata dia, menjadi lebih optimis. Sehingga pelaku bisnis berani untuk meminjam modal, dan bank berani untuk meminjamkan uang karena dianggap bisnisnya akan jalan baik.
“Ini yang akan menimbulkan growth dari kredit, kita harapkan akan tumbuh lebih tinggi di atas yang sekarang ini,” katanya.
“Kalau perbankan bagus, capital market kemarin sudah sempat di atas tujuh ribu, walaupun kemarin mengalami koreksi sedikit. Namun ini memberikan harapan bahwa sektor usaha swasta bisa dan mulai melakukan kegiatan produktif investasi,” tuturnya.
Hal itu disebutnya akan melengkapi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi permintaan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.