"Pada tahun 2020 jumlah pergerakan penumpang pesawat di Bandara Internasional Kualanamu sekitar 3 juta penumpang per tahun. Melalui kemitraan strategis AP II dan GMR Airports Consortium, JVco menargetkan jumlah pergerakan penumpang menjadi sekitar 54 juta penumpang per tahun di akhir Kerjasama kemitraan," tutur Armand.
Sedangkan terkait dengan Equity partnership, AP II dan GMR Airports Consortium akan berbagi pendanaan sehingga pengembangan Bandara Internasional Kualanamu dapat di akselerasi dan pengelolaan dapat menerapkan best global practice.
GMR Airports Consortium akan menanam investasi sedikitnya Rp15 triliun untuk pengembangan Bandara Internasional Kualanamu.
Sebelumnya, tudingan penjualan Bandara Kualanamu dilontarkan oleh mantan sekretaris BUMN Muhammad Said Didu.
Baca Juga: Viral Penjual di Shopee Kena Pajak Hingga Rp35 Juta, Ini Kata Shopee
"Itu sama dengan menjual atau menggadaikan saham sebanya 49%. Itu menunjukkan bhw kita sdh tdk mampu. Jelas?" kata Said Didu di akun Twitternya.
"Bagi yg paham korporasi, jika sudah menyangkut pelepasan saham itu berarti sudah penjualan asset - bukan lagi Joint Operation. Joint Operation adalah para pihak memasukkan modal utk mengelola fasilitas dan berbagi laba sesuai kesepakatan - tdk ada perpindahan saham.
Jelas ?" kata dia.
Cuitan Said Didu pun dijawab oleh Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, juga lewat Twitter. Arya menjelaskan AP II dan GMR membentuk perusahaan patungan. Perusahaan tersebut akan mengelola Bandara Kualanamu selama 25 tahun.
Baca Juga: Ini Sederet Keunggulan DME yang Akan Gantikan LPG
Setelah 25 tahun, aset tersebut akan dikembalikan ke Angkasa Pura II. Sehingga keliru jika ada yang mengatakan aset Bandara Kualanamu dijual.
Dengan kerja sama tersebut, AP II juga akan mendapatkan keuntungan. Yaitu berupa dana Rp1,58 triliun dari GMR dan akan ada pembangunan dan pengembangan Bandara Kualanamu sebesar Rp56 triliun.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.