“Indonesia juga menyampaikan bahwa kunjungan dari luar negeri ke Indonesia ada aturan soal karantina, dan mereka (Australia) akan ikut aturan tersebut. Mereka akan membuka (kunjungan) untuk orang Indonesia terutama di 2 negara bagian yang sudah membuka yaitu New South Wales dan Victoria," kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan pers yang diterima KOMPAS.TV, Minggu (31/10/2021).
"Mereka juga mengharapkan mahasiswa Indonesia bisa kembali belajar di Australia,” tambahnya.
Indonesia dan Australia juga sepakat, persoalan ekonomi digital harus dibahas di Presidensi G20 Indonesia tahun depan.
Khususnya agar kebijakan dan regulasi di sektor itu tidak berbeda dengan sektor konvensional, terutama dari segi platform digital.
Baca Juga: Indonesia Capai Kesepakatan Soal Sawit Hingga Alutsista di KTT G20
“Diharapkan bullying di media sosial akan diatur oleh para platform secara bertanggung jawab dan seimbang,” ujar Airlangga.
Menko Airlangga juga mengungkapkan tentang rencana pembangunan industri Green Hydrogen (Hidrogen Hijau) di Kalimantan Utara, di kawasan seluas 13 ribu hektare. Investasi itu dilakukan oleh Fortescue Metals Group (FMG)
Kedua, dalam pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dibahas tentang kerja sama di bidang alat utama sistem senjata (alutsista) yang diproduksi bersama kedua negara. Termasuk mengenai keterlibatan, ketersediaan, maupun konten lokal.
Presiden Jokowi juga meminta adanya akselerasi pembahasan dari Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (EU CEPA), yang diharapkan akan meningkatkan ekspor Indonesia ke Eropa dan sebaliknya.
"Diharapkan juga dengan Presidensi Indonesia G20, kita akan mempunyai daya tawar yang tinggi, sehingga diharapkan akan ada manfaat untuk menyelesaikan itu,” tutur Airlangga.
Baca Juga: RI Belajar VTL dari Thailand agar Wisman Bebas Karantina
Ketiga, dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dibahas juga mengenai kerja sama Indonesia-Turki CEPA. Khususnya tentang minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia.
Airlangga mengatakan bahwa pasar CPO Indonesia yang awalnya besar di Turki, namun sekarang turun nilainya akibat ada negara tetangga Indonesia yang mempunyai CEPA juga.
“Jadi untuk mengembalikannya, tentu kita perlu mengakselerasi ini. Bapak presiden menugaskan Menteri Perdagangan menangani CEPA (dengan Turki) tersebut,” ucap Airlangga.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.