JAKARTA, KOMPAS.TV - Indonesia akan menghadapi ancaman cuaca ekstrem akibat fenomena La Nina. Kementerian Pertanian menyebut, La Nina sebelumnya menyebabkan banjir di persawahan.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan, pihaknya mulai menyiapkan strategi agar lahan-lahan sawah petani terhindar dari banjir.
"Sektor pertanian juga kena dampak La Nina yaitu banjir di lahan-lahan sawah. Tapi, kami berupaya untuk meminimalisir. Sebagaimana konsepnya Menteri (Syahrul Yasin Limpo),” ujar Suwandi pada Jumat (29/9/2021), dikutip dari Antara.
Baca Juga: 14 Wilayah Ini Alami Peningkatan Curah Hujan akibat La Nina, Pertanian dan Perikanan Terancam
Ia menyebut, pihaknya menyiapkan strategi antisipasi ancaman La Nina dengan melakukan pemetaan daerah langganan banjir.
Lalu, Kementan juga mulai memperbaiki saluran-saluran irigasi, mengajarkan petani menerapkan budi daya yang baik, sampai menggunakan sistem peringatan dini (early warning system).
"Kami juga lakukan early warning system dan kami pantau rutin data dari BMKG," kata Suwandi.
Ia mengaku, Kementan pun telah menyiapkan dana asuransi bagi lahan sawah yang terendam banjir.
“Setiap puso harus dikompensasi di tempat lain. Juga setelah banjir selesai harus tanam lagi," katanya.
Kementan juga menyiapkan pompa-pompa untuk menyedot air jika terjadi banjir. Jika terjadi kekeringan, maka pompa digunakan untuk mengisi lahan sawah dari air sungai.
Untuk itu, Kementan berusaha memaksimalkan brigade yang sudah mendapat arahan mengenai simulasi penanggulangan banjir dan bencana lain.
"Brigade ini lengkap, mulai dari hama, kekeringan, banjir, maupun menyerap hasil panen jika kadar air tinggi karena kena hujan," beber Suwandi.
"Untuk musim hujan, sudah disiapkan benih-benih tahan genangan, yang mana sampai 15 hari tergenang masih aman. Misalnya Inpara 1-10, Inpari 29, Inpari 30 dan Ciherang," imbuhnya.
Baca Juga: Cerita Petani Tapin Kembangkan Kebun Kopi Arabika dan Robusta Gara-gara Menjamurnya Kafe
Bila gagal panen atau sawah mengalami puso, petani dapat mengajukan klaim asuransi dengan besaran Rp6 juta per hektare. Jika tidak diasuransikan, pemerintah akan memberikan benih gratis.
Selain itu, Kementan juga berusaha melindungi petani dari aspek hilir dengan mengantisipasi kejatuhan harga hingga ketersediaan alat produksi agar ketahanan pangan tetap terjaga.
Mengutip data BMKG, NOAA, dan International Research Institute for Climate and Society pada 2021, Suwandi menjelaskan, fenomena El Nino paling berat dihadapi Indonesia pada 2015.
Sementara itu, La Nina datang pada 2016-2018 dan menyebabkan banjir di lahan sawah.
Meski begitu, Suwandi mengatakan, La Nina bisa menjadi momentum bagi petani karena ada pasokan air melimpah.
"Pada 2020 akhir masih ada La Nina walaupun lemah. Kondisi sekarang dan proyeksi hingga Juni 2022 sebenarnya normal, tapi di bulan sekarang sudah La Nina meski skalanya lemah," pungkasnya.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.