JAKARTA, KOMPAS.TV- Di tengah masalah keuangan yang membelit Garuda, Serikat Karyawan menuding Direktur Utama Irfan Setiaputra menggunakan fasilitas kantor untuk mengajak keluarganya saat menghadiri forum resmi.
Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) mendapat informasi adanya penerbitan Kartu Member Garuda Indonesia yaitu GA Miles Platinum VIP terhadap 4 orang keluarga Direktur Utama yakni anak, menantu dan cucu.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Sekarga Dwi Yulianta membuat surat permohonan kepada Menteri BUMN Erick Thohir untuk menginvestigasi.
Tulisan dalam surat yang dibuat Dwi seperti dikutip Rabu (28/10/2021) berbunyi, "Mengingat pentingnya Good Corporate Governance (GCG) dan Core Value AKHLAK Kementerian BUMN dan terkait hal tersebut di atas sudah menjadi polemik serta banyaknya pertanyaan-pertanyaan dari pihak karyawan yang disampaikan kepada kami sebagai pengurus Serikat Pekerja, maka kami memohon kiranya Bapak Menteri BUMN dapat membentuk tim investigasi."
Baca Juga: Bisnis Penerbangan Berat, Ini Daftar 11 Maskapai Indonesia yang Bangkrut dan Berhenti Beroperasi
Dwi menambahkan, surat dibuat guna menyikapi pengakuan Direktur Utama Garuda Indonesia saat sharing session bersama karyawan pada Senin, 25 Oktober 2021 pukul 11.00 hingga selesai. Sharing session itu membahas mengenai kehadiran Irfan atas undangan pertemuan IATA pada tanggal 3-5 Oktober 2021.
Pada pertemuan tersebut, Irfan disebut berangkat bersama keluarga (istri, anak, menantu dan 2 orang cucu) menggunakan rute penerbangan semula JAKARTA - NEW YORK via AMSTERDAM tanggal 30 September 2021 dengan nomor penerbangan GA088.
Tiket tersebut kemudian diubah menjadi JAKARTA - NEW YORK via INCHEON/SEOUL tanggal 30 September 2021 dengan nomor penerbangan GA878 menggunakan fasilitas kelas Bisnis.
Dirut Garuda dan keluarga kembali pada tanggal 16 Oktober 2021 dengan rute AMSTERDAM - JAKARTA dengan GA089 menggunakan fasilitas kelas Bisnis.
Baca Juga: Digugat PKPU Lagi, Ini Langkah Garuda Indonesia Menghadapinya
Sekarga menyayangkan tindakan Irfan. Hal ini mengingat situasi dan kondisi Garuda sangat memerlukan perhatian 24 jam dari seorang Direktur Utama.
"Kami berpendapat seharusnya seorang Dirut lebih memprioritaskan perhatiannya terhadap kondisi Garuda Indonesia saat ini, karena undangan tersebut biasanya didelegasikan kepada salah satu Manager, Senior Manager, atau Vice President oleh Direktur Utama sebelumnya," tutur Dwi.
Menurut Sekarga, setelah menghadiri acara IATA 3-5 Oktober, Irfan lanjut berlibur bersama keluarga dan baru kembali ke Jakarta pada 16 Oktober 2021.
Sementara itu, Dirut Garuda Irfan Setiaputra enggan berkomentar banyak. Ia mengaku ingin fokus mengurus restrukturisasi utang Garuda.
Baca Juga: Citilink Hentikan Penerbangan dari dan Menuju Bandara JB Soedirman, Kok Mirip Kertajati
"Saya fokusnya membereskan restrukturisasi Garuda dan menyiapkan Garuda setelah restrukturisasi saja, baik dari sisi bisnis, operasional maupun values," ucap Irfan ketika dikonfirmasi Kompas TV, Rabu (28/10/2021).
Garuda Indonesia mempunyai utang lebih dari Rp70 triliun. Jika tidak diselesaikan, utang itu akan bertambah Rp1 triliun setiap tahunnya.
Garuda juga sedang menghadapi gugatan PKPU dari PT Mitra Buana Koorporindo yang merupakan kreditur Garuda, yang menyediakan solusi teknologi informasi. Jika gugatan dikabulkan, Garuda Indonesia bisa dinyatakan pailit.
Baca Juga: Erick Thohir Sebut Keuangan Garuda Tidak Sehat Saat Garap Rute Internasional
Menteri BUMN Erick Thohir meminta Garuda fokus dengan penerbangan domestik saja. Lantaran keuangan Garuda mulai tidak sehat sejak menggarap rute internasional.
Garuda harus menyewa pesawat dari puluhan lessor atau pihak yang menyewakan pesawat. Belum lagi ada indikasi korupsi dari penyewaan pesawat.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.