Perluasan penggunaan LCS, diharapkan mampu mendukung stabilitas nilai tukar rupiah, guna mengurangi ketergantungan pada mata uang tertentu di pasar valuta asing domestik.
Apalagi hingga saat ini China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Nilai perdagangan Indonesia-China pada tahun 2020 mencapai 78,37 miliar dolar AS. Ekspor Indonesia ke China naik 10,13 persen pada 2020, meski impor dari China menurun.
China juga berperan penting terhadap investasi di Indonesia. Realisasi investasi China ke Indonesia tahun 2020 mencapai 4,8 miliar dolar AS, melonjak tajam hingga 95,6 persen, yang menjadikan China sebagai investor terbesar kedua, setelah Singapura dengan realisasi 9,8 miliar dolar AS.
Hingga saat ini, BI telah menjalin kerja sama LCS dengan Jepang, Malaysia, Thailand.
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat menyebut, BI akan menggaet Filipina, Korea Selatan dan India dalam kerja sama ini.
Bahkan BI sudah melakukan nota kesepahaman dengan Filipina. Namun demikian, kebijakan ini baru bisa menguntungkan bila para pengusaha tertarik untuk memanfaatkan. Untuk itu, ia mengimbau para pengusaha untuk memanfaatkan LCS.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Teuku Riefky menilai, penambahan negara mitra kerja sama LCS akan membawa sentimen positif pada pergerakan nilai tukar rupiah.
Dalam jangka panjang, implementasi LCS juga bisa menjaga nilai tukar rupiah dari dampak negatif adanya pengetatan stimulus moneter (tapering off) AS.
Dengan catatan bahwa implementasinya harus cepat dan adanya kemudahan implementasi bagi para pelaku usaha.
Baca Juga: Perkuat Penggunaan Mata Uang Lokal, BI dan Bank Negara Malaysia Lakukan Kerja Sama
Sumber : Kontan.co.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.