JAKARTA, KOMPAS.TV - Di tengah keresahan akibat ancaman perubahan iklim yang disebabkan oleh sampah rumah tangga yang tidak mudah terurai, muncul inovasi baru yakni piring pelepah pinang.
Piring pelepah pinang merupakan karya warga Desa Sinar Wajo dan Desa Sungai Beras, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
Warga yang tergabung dalam Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Lojo’ Kleppaa dan Kodopi Mitra Madani mulai memproduksi piring pelepah pinang menjelang akhir tahun 2020.
Warga terpaksa putar otak lantaran permintaan dan harga pinang terus menurun selama pandemi Covid-19.
Komunitas Konservasi Indonesia - Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi) dan Rumah Jambee melakukan pendampingan terhadap warga dari proses hingga praktik.
"Kami memberi pelatihan terkait proses pembuatan piring, termasuk cara menggunakan alat untuk mencetak, sehingga masyarakat bisa langsung praktik,” kata Ayu Shafira, Fasilitator Komunitas dan Kabupaten KKI Warsi kepada KOMPAS TV, Jumat (27/8/2021).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno juga mengungkapkan bahwa inovasi ini dinilai telah menghadirkan lapangan kerja baru yang mengedepankan aspek kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Harga Gabah Terus Turun, Pengamat UGM Sebut Petani Berada dalam Posisi Tak Terlindungi
Sandiaga berharap, jika piring pelepah pinang ini semakin dikenal publik, permintaan akan meningkat, sehingga produksinya bisa terindustrialisasi dan harga jualnya bisa lebih rendah.
Berikut fakta piring pelepah pinang yang unik berikut.
1. Solusi limbah pelepah
Sampah dari pelepah pinang jika dibiarkan berserakan di perkebunan dan kemudian mengering, saat musim kemarau sampah pelepah itu akan memicu kebakaran.
Hal itulah yang memunculkan inovasi pelepah pinang yang tidak hanya menjadi solusi limbah namun petani juga diuntungkan.
“Mereka tidak harus membersihkan area perkebunan dari pelepah yang setiap hari berjatuhan dan mengotori kebun. Perajin boleh mengambil dan memanfaatkan limbah pelepah itu sebagai bahan baku, tanpa harus membayar sedikit pun. Jadi, bahan baku yang begitu berlimpah bisa didapatkan secara gratis,” kata Ayu.
2. Bisa Digunakan Ulang
Piring pelepah pinang bisa digunakan kembali maksimal 8 kali. Oleh karena itu, piring pelepah pinang bisa menggeser posisi styrofoam.
“Namun, hal ini juga tergantung pada proses pencucian. Kalau piring direndam, kemungkinan besar serat piring akan melunak, karena air masuk ke celah-celah piring, sehingga ia tidak lagi kokoh," ujar Ayu.
Baca Juga: Pemerintah Berupaya Menggaet 30 Juta UMKM di Perdagangan Digital
Lebih lanjut, Ayu memberikan tips mencuci piring pelepah pinang yang benar.
"Lebih baik dibasuh menggunakan air, tanpa direndam dahulu. Juga tidak perlu digosok terlalu keras dengan sabun,” kata dia.
Kekuatan piring pelepah pinang diklaim serupa dengan styrofoam yang bisa untuk menyajikan makanan berkuah yang panas, seperti bakso.
3. Memiliki harga terjangkau
Ayu menjelaskan, kalau piringnya dibentuk seperti styrofoam yang tertutup, artinya memerlukan dua buah piring pelepah yang kemudian ditangkupkan.
Itu berarti harganya bisa menjadi dua kali lipat. Harga satu buah piring berkisar antara Rp5.000 hingga Rp6.000.
Harga ini masih terbilang murah, jika dibandingkan harga piring yang dipasarkan melalui toko online.
Sejak mulai menekuni usaha piring pelepah pinang pada November 2020, hingga April 2021 kedua desa ini sudah menjual sekitar 400 buah piring secara total.
Baca Juga: Jokowi: Terbukti Produktif di Tengah Pandemi, Pertanian Indonesia Kini Jadi Sektor Unggulan Ekspor
4. Solusi Ekonomi dan Ramah Lingkungan
Sementara itu, Koordinator Project KKI Warsi Asrul Aziz Sigalingging mengatakan bahwa dari segi ekonomi, piring pelepah pinang ini sangat membantu masyarakat.
"Inovasi piring pelepah pinang ini telah meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya di tengah berbagai pembatasan terkait penanggulangan pandemi Covid-19," kata Asrul Aziz.
"Di samping itu, kedua desa ini mendapatkan ancaman konversi lahan. Ada wacana bahwa komoditas pinang yang ramah gambut ini akan dialihkan menjadi komoditas tidak ramah gambut, seperti sawit," ucapnya.
Penghasilan tambahan dari piring pelepah membuat para petani bisa tetap menanam pohon pinang dan tetap menjaga kelestarian ekosistem gambut, khususnya di wilayah Hutan Lindung Gambut Sungai Buluh.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.