“Ini harus menjadi komitmen Pertamina, mengingat WK Rokan merupakan salah satu WK terbesar di Indonesia yang bernilai strategis dalam memenuhi target produksi 1 juta BOPD dan 12 BSCFD pada tahun 2030 mendatang,” kata Arifin.
Sebelumnya, Chevron yang pertama kali masuk Indonesia pada 1924 menemukan sumber minyak raksasa di Riau.
Baca Juga: Chevron Resmi Tinggalkan Lapangan Minyak Bumi Blok Rokan Riau, Ada Apa?
Mereka menemukan sumber minyak di Lapangan Duri pada 1941 dan Lapangan Minas pada 1944. Dua sumber minyak itu cikal bakal Blok Rokan.
Chevron yang saat itu bernama Caltex mulai memproduksi minyak dari Blok Rokan pada 1951.
Produksi minyak di Blok Rokan terus menanjak hingga mencapai puncaknya pada 1973 dengan tingkat produksi 1 juta barel per hari (bph).
Menurut Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Blok Rokan pernah menyumbang 83% dari total produksi minyak nasional.
Sebab itu, SKK Migas mengawal alih kelola Blok Rokan lewat Head of Agreement (HoA) untuk meminta jaminan investasi PT CPI pada 29 September 2020 hingga 8 Agustus 2021.
Selama masa akhir kontraknya, PT CPI melakukan pengeboran 103 sumur. Pengeboran sumur ini akan dilanjutkan oleh Pertamina.
"Untuk mempertahankan produksi pasca alih kelola, dengan melakukan pengeboran yang sudah ditetapkan, Agustus-Desember melakukan 161 sumur pengeboran, dan di tahun 2022 ada tambahan 500 sumur," beber Dwi.
Baca Juga: Dorong Peningkatan Investasi, Kementerian Investasi dan Kemenkeu Tandatangani MoU Sistem OSS
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.