Fasilitas bilateral yang diterima PBRX dari perbankan saat ini tersisa 10% dibandingkan awal tahun 2020.
Walhasil, perusahaan memiliki keterbatasan.
"Kami harus mengatur arus kas sebaik-baiknya agar semua berjalan dengan baik dan penjualan tidak berkurang. Oleh karena itu, tidak ada pengurangan tenaga kerja," jelas Manajemen PBRX.
PBRX tetap harus bisa mengatur pembelian bahan baku, pembayaran ke supplier, gaji, biaya produksi, biaya operasional, dan juga kewajiban bunga ke perbankan, serta bond dengan arus kas yang ada.
Pihak PBRX tetap optimistis akan ada jalan keluar dan fasilitas perusahaan ini akan berangsur pulih seiring dengan pemulihan ekonomi nasional dan dunia.
Baca Juga: Pemasukan Berkurang, Sule Tetap Bayar THR Karyawan: "Nggak Ada Penurunan Gaji Juga"
Pada tahun 2020 yang tergolong sulit pun PBRX tetap mencatatkan tren positif dari sisi penjualan dan keuntungan perusahaan juga tumbuh lebih tinggi dari tahun 2019.
Jika modal kerja tersedia seperti sebelumnya, Manajemen PBRX yakin di tahun 2021 kinerja akan tumbuh sekitar 10 persen hingga 15 persen.
Tentu dengan adanya pengalihan order dari negara-negara produsen lain.
Namun, hal ini tidak mungkin terealisasi jika PBRX tidak memiliki modal kerja yang tersedia.
"Kami memohon dukungan semua pihak agar support kebutuhan modal kerja yang kami butuhkan dapat kami peroleh dengan segera," ujar Manajemen PBRX.
Baca Juga: Bagi-Bagi THR, Raffi Ahmad Janjikan Hadiah Mobil untuk Pemain Terbaik RANS Cilegon FC
Lebih lanjut, siklus produksi mulai dari order masuk sampai dengan ekspor untuk order yang terkonfirmasi membutuhkan waktu sekitar 120 hari.
Oleh karena itu, PBRX berharap pemulihan fasilitas bilateral modal kerja perusahaan bisa kembali didukung oleh perbankan nasional.
Dengan begitu, PBRX dapat menyumbang pertumbuhan devisa melalui kenaikan ekspor dan dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.