Sri Mulyani pun menyebutkan negara-negara yang masuk dalam jajaran negara G20 dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih buruk di 2020. Yaitu Perancis -9%, India -8%, Italia -9,2%, Meksiko -8,5%, Inggris -10%, Kanada -5,5%, Brazil -4,5%, dan Arab Saudi -3,9%.
Negara-negara ASEAN juga pertumbuhan ekonominya minus lebih dalam dibandingkan Indonesia. Yaitu Singapura -6%, Filipina -9,6%, Thailand -6,6%, dan Malaysia -5,8%.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi negara Islam misalnya Iran -1,5%, Irak -12%, Kuwait -8%, Qatar -4,5%, United Arab Emirates (UAE) -6,6%.
Baca Juga: Bank Dunia: Pandemi Menyebabkan Orang Miskin Tambah Miskin dan KDRT Meningkat
"Poin saya adalah ini situasi yang tidak memandang bulu. Tentu dengan adanya kontraksi ekonomi, akan terjadi konsekuensi kenaikan pengangguran, kenaikan kemiskinan, dan juga dampak kepada kesejahteraan masyarakat," jelasnya.
Pelemahan ekonomi juga masih terjadi hingga saat ini. Pandemi yang tadinya sudah mereda, kembali memburuk di sejumlah negara yang mengalami gelombang Covid-19 kedua hingga ketiga.
Sebut saja Perancis, Italia, dan Jerman yang kembali kembali melakukan lockdown. Begitu pun dengan India yang mengalami lonjakan kasus sehingga menyetop pengiriman vaksin ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.
Baca Juga: Kepala IMF: Prospek Pertumbuhan Ekonomi Global Meningkat Namun Bahaya Tetap Menghadang
"Supply vaksin ke seluruh dunia, disetop hanya untuk digunakan di dalam negeri. Meskipun itu tidak atau belum berhasil untuk menurunkan kasusnya. Negara tetangga kita Filipina juga dalam situasi yang luar biasa terjadi kenaikan lonjakan," tutur Sri Mulyani.
Ia pun meminta seluruh kementerian dan lembaga terus berupaya menjaga dan memulihkan ekonomi Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai kebijakan, baik secara konvensional maupun syariah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.