Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Indonesia Bisa Ditawari Miliaran Dollar AS Jika Buka Hubungan dengan Israel

Kompas.tv - 23 Desember 2020, 09:13 WIB
indonesia-bisa-ditawari-miliaran-dollar-as-jika-buka-hubungan-dengan-israel
CEO Inernational Development Finance Corporation IDFC AS, Adam Boehler. IDFC adalah sebuah badan pemerintah Amerika Serikat yang bertugas menanamkan modal di luar negeri (Sumber: The New York Times)
Penulis : Edwin Shri Bimo

JERUSALEM, KOMPAS TV – Indonesia dilaporkan bisa mendapat tambahan pembiayaan Amerika Serikat bila bergabung dengan upaya Presiden Amerika Serikat petahana, Donald Trump, yang mendorong negara-negara berpenduduk Muslim untuk membuka hubungan dengan Israel. Demikian dikatakan pejabat Amerika Serikat seperti dikutip Bloomberg.

International Development Finance Corporation IDFC, sebuah badan pemerintah Amerika Serikat yang bertugas menanamkan modal di luar negeri, bisa menggandakan portfolio penanaman modalnya di Indonesia yang saat ini senilai 1 miliar dollar AS, jika Indonesia memiliki hubungan dengan Israel, demikian penuturan CEO IDFC, Adam Boehler, dalam sebuah wawancara di Hotel Raja David di Jerusalem, Senin (22/12/2020) seperti dikutip Bloomberg.

Boehler dalam wawancara itu mengatakan,” Kami sedang berbicara dengan mereka tentang hal ini,” seraya melanjutkan,”bila mereka siap, ya mereka akan siap, dan bila mereka ternyata siap, kami akan senang untuk memberi dukungan finansial lebih banyak lagi dari yang sekarang kita berikan,”.

Baca Juga: Luhut Sampaikan Semangat UU Cipta Kerja ke Adam Boehler

Lebih jauh Boehler menjelaskan, dia tidak akan terkejut bila lembaga yang dia pimpin menambah pembiayaan hingga “satu atau dua miliar dollar AS lagi.” Bagi negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia itu.

Pemimpin Amerika Serikat dan Israel telah mengatakan mereka berharap ada lebih banyak lagi negara yang bergabung dalam gelombang kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel, seperti yang terjadi beberapa bulan terakhir, termasuk dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.

Amerika Serikat juga berharap Oman dan Arab Saudi juga bergabung, walau Boehler mengatakan, pembiayaan IDFC kepada dua negara yang baru saja disebut itu akan dibatasi karena lembaganya tidak diperbolehkan melakukan investasi secara langsung pada negara-negara berpenghasilan besar.

Baca Juga: Ketua DPR Dukung Pemerintah Tidak Akan Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel

Menteri Koordinator bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menerima kedatangan CEO IDFC Amerika Serikat Mr. Adam Boehler (Sumber: Instagram @luhut.pandjaitan)

Boehler berada di Israel sebagai bagian dari delegasi yang dipimpin menantu Donald Trump yang juga salah seorang penasihat utama presiden AS, yaitu Jared Kushner.

Pada kunjungan berikutnya di Maroko, Boehler mengatakan dirinya akan mengumumkan pembukaan cabang perama di Afrika Utara dari inisiatif Prosper Africa, sebuah inisiatif untuk meningkatkan hubungan bisnis antara Amerika Serikat dan Afrika.

Boehler juga mengatakan, lembaga yang dia pimpin akan bergabung dalam sindikasi pemberi pinjaman yang akan membantu Israael menjual pelabuhan terbesarnya di kota Haifa. Berbagai perusahaan Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab telah memberi indikasi mereka tertarik mengikuti tender, dan Boehler mengatakan dia akan melihat dari dekat penawaran yang melibatkan Amerika atau sekutu seperti Uni Emirat Arab.

Baca Juga: Tegas! Menlu Retno Marsudi Sebut Tidak Berniat Membuka Hubungan dengan Israel

Sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi, Boehler membantu menyusun pembentukan ‘Dana Investasi Bersama’ antara Israel dan Uni Emirat Arab senilai 3 miliar dollar AS yang akan bermarkas di Jerusalem dan akan melakukan berbagai investasi secara regional.

Pemimpin ‘Dana Investasi Bersama’ itu, pejabat senior kedutaan AS, Aryeh Lightstone, mengatakan sejauh ini Amerika Serikat sedang melakukan due diligence terhadap 10 kesepakatan potensial.

Salah satu kesepakatan potensial itu adalah jalur pipa minyak di Israel, dimana Boehler mengatakan, saat ini banyak yang sedang ditelaah karena Amerika Serikat sedang mencari cara memperluas ekspor gas alam Israel ke negara-negara Asia Tengah atau Eropa demi menandingi pengaruh Rusia dan China.

Baca Juga: Untung Rugi Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel

“Wilayah yang menarik, pasar yang selama ini tidak dimainkan oleh Amerika Serikat,” tutur Boehler lebih lanjut.

Di wilayah lain, Boehler mengatakan prioritas mereka adalah membantu negara-negara Amerika Latin yang berhutang miliaran dollar AS kepada China dalam pembangunan infrastruktur untuk melakukan refinance ata pembiayaan kembali hutang-hutang mereka. Boehler menekankan, hal itu akan dilakukan sebelum Presiden Donald Trump mengakhiri kepresidenannya bulan depan.

“Kami sedang berdiskusi mendalam untuk melihat apa yang bisa kami bantu disana, dimana dari sisi pembangunan, mereka membutuhkan bantuan, yang mana hal tersebut adalah kesempatan bagi mereka untuk lepas dari China,” jelas Boehler.

“Kita lihat saja apakah itu bisa diselesaikan sebelum 20 Januari tahun depan,”

Presiden terpilih AS Joe Biden telah berjanji untuk membalikkan banyak dari kebijakan Presiden Donald trump, namun Boehler mengatakan, lembaga yang dia pimpin memiliki dukungan bipartisan sehingga dia memperkirakan akan ada keberlanjutan di bawah pemerintahan yang baru bersama Joe Biden.

“Saya piker mereka akan mengambil apa yang kami kerjakan, dan mereka akan membawanya lebih jauh lagi, dan saya harap mereka melakukan itu, dan saya akan ada untuk mendukung mereka,” tegas Boehler.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x