Departemen Kesehatan Filipina (DOH) mengatakan sub-garis keturunan BA.2 sudah lazim dalam sampel yang diterimanya pada akhir Januari.
Dan di Inggris, lebih dari 1.000 kasus BA.2 telah dikonfirmasi, menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA). Subvarian ini telah dinyatakan sebagai "varian yang sedang diselidiki" oleh otoritas kesehatan Inggris, yang berarti mereka terus mengawasinya, tetapi tidak terlalu khawatir dengan hal itu.
Infeksi BA.2 di Jerman juga tumbuh lebih cepat daripada BA.1 dan Delta, menurut Dr Meera Chand, direktur Covid-19 di UKHSA.
Sedangkan di Indonesia, sebanyak 55 kasus subvarian BA.2 Omicron sudah ditemukan, kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi kepada Kompas.com.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan dalam sebuah wawancara di televisi bahwa subvarian BA.2 lebih sulit dideteksi menggunakan tes PCR S Gene Target Failure atau SGTF - metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kasus probable Omikron.
Menkes Budi memastikan bahwa Indonesia akan memiliki fasilitas untuk mendeteksi subvarian BA.2 Omicron.
Sebuah studi terhadap 8.500 keluarga dan 18.000 individu yang dilakukan oleh SSI Denmark menemukan bahwa BA.2 "secara substansial" lebih menular daripada BA.1.
Studi ini juga menunjukkan bukti yang mengindikasikan bahwa sub-varian BA.2 lebih mampu menghindari vaksin.
Namun, orang yang divaksinasi masih lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi daripada individu yang tidak divaksinasi, dan mereka juga cenderung tidak menularkannya.
Secara terpisah, sebuah studi di Inggris juga menemukan bahwa BA.2 lebih mudah menular dibandingkan dengan BA.1.
Namun penelitian awal itu tidak menemukan bukti bahwa vaksin akan kurang efektif terhadap penyakit bergejala yang diakibatkan kedua sub-varian.
Tidak ada data yang menunjukkan bahwa BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada sub-varian Omicron sebelumnya.
"Melihat negara-negara lain tempat BA.2 sekarang mendominasi, kami tidak melihat lonjakan dalam rawat inap yang lebih tinggi dari perkiraan," kata Dr Boris Pavlin dari WHO.
Francois Balloux, Profesor Biologi Sistem Komputasi dan direktur UCL Genetics Institute, mengatakan bahwa BA.1 dan BA.2 "dapat dianggap sebagai dua sub-varian Omicron yang sebagian besar setara secara epidemiologis".
Seperti varian sebelumnya, para ahli percaya vaksin akan masih sangat efektif melindungi dari penyakit parah, rawat inap, dan kematian.
Dr Chand mengatakan: "Sejauh ini, tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada Omicron BA.1.
"Kita harus tetap waspada dan meningkatkan vaksinasi. Kita semua harus terus menguji secara teratur dengan LFD [lateral flow devices, dikenal juga dengan sebutan rapid test] dan mengambil tes PCR [polymerase chain reaction] jika muncul gejala."
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.