Apalagi, Juli adalah anak seorang jaro atau pemangku adat di Baduy Dalam. Beberapa kali ia membahas perkara operasi Atirah dengan ayah dan tokoh-tokoh adat lainnya di kampung.
Setelah sebulan berdiskusi, kesepakatan dicapai. Tindakan operasi demi menyelamatkan nyawa Atirah disetujui, namun aturan soal menumpang kendaraan bermotor untuk pergi ke rumah sakit, tidak bisa dilanggar.
Juli kemudian menghubungi Muhammad Arif Kirdiat, yang lalu mengontak ahli bedah ortopedi dr Omat Rachmat Hasbullah. Arif dan Omat adalah relawan tenaga medis yang juga menginisiasi Klinik Saung Sehat.
Operasi perdana untuk anggota suku Baduy Dalam ini dilakukan secara darurat di Klinik Saung Sehat, meski fasilitasnya terbatas.
"Saya rayu dr Omat, akhirnya beliau mau asal disediakan tempat yang steril dan anak dalam kondisi fit saat hari H," kisah Arif.
Arif mengatakan, ini adalah sejarah, di mana seorang dokter spesialis datang dan melakukan operasi di lokasi.
Ruang klinik seluas 15 meter persegi disulap menjadi ruang operasi darurat yang dilakukan selepas salat Jumat.
Bagi Omat dan timnya, operasi ini "cukup menantang" karena sejumlah hal. Yang tersulit, tentu meyakinkan keluarga sang tetua adat untuk melakukan operasi ini pada Atirah.
"Butuh waktu berminggu-minggu untuk meyakinkan keluarga Jaro Sami [ayah Juli] kalau anak ini butuh tindakan operasi. Dilakukan tindak operasi di tempat itu adalah jalan tengah," kata Omat.
Kampung Binong terletak di Selatan Baduy yang terpencil. Untuk mengaksesnya, butuh mobil khusus yang bisa melalui medan tanjakan dan berbatu-batu.
"Kita bawa ambulans, tapi tidak bisa masuk. Jadi [ambulans] standby di sekitar lima kilometer dari titik lokasi," papar Arif.
Baca juga:
Omat dan tim harus berjalan kaki membawa peralatan operasi dan obat-obatan, termasuk linen untuk alas operasi. Tindakan medis ini juga termasuk operasi besar, sehingga mereka butuh membawa peralatan dan obat bius.
Omat dan dua perawat berhasil menyelesaikan operasi dalam waktu dua jam, nyaris tanpa hambatan, meski diwarnai ibu pasien pingsan akibat tidak tahan melihat anaknya dibedah.
Dalam bahasa medis, Atirah mengalami patah tulang dengan infeksi (osteomyelitis) yang sudah meluas dan kronis. Asupan gizi yang kurang turut memperparah kondisinya.
"Kalau tulang membusuk, ancaman paling ringan adalah kehilangan kaki. Paling berat, kalau busuknya semakin meluas jadi sepsis, bisa mengancam nyawa," jelas Omat.
Tindakan bedah di klinik yang berlokasi di perbatasan Baduy dan Kampung Kebon Cau ini menarik atensi warga lokal.
Arif menuturkan, ratusan warga Baduy Dalam turut menunggu proses operasi di luar klinik. Ketika operasi selesai, Juli dan sejumlah warga Baduy lainnya memberi hadiah pisang tanduk, gula aren, dan durian.
Ini, buat Omat, sangat menyentuh hati.
"Saya jadi teringat pesan ibu saya dulu, 'Nanti suatu saat setelah jadi dokter, meskipun kamu dibayar dengan ayam, hasil-hasil alam, tapi kepuasannya akan jauh luar biasa dibandingkan dibayar dengan rupiah'.
"Saya mengalami sendiri kemarin. Ucapan terima kasih mereka kelihatan tulus sekali. Gula, pisang tanduk, itu luar biasa. Baru pertama kali saya dibayar seperti itu," ungkap Omat.
Tiga minggu pascaoperasi, kondisi Atirah dilaporkan semakin membaik. Pada pemeriksaan Jumat (31/12/21), Omat mengatakan, lukanya sudah sembuh dan tanda-tanda infeksi sudah hilang. Tulang tungkai yang patah dimobilisasi dengan gips.
"Pada anak-anak [tulang] cepat nyambung, kalau infeksinya sudah diatasi," kata dokter spesialis ortopedi di tiga rumah sakit di Kota Serang, Banten ini.
Keadaan Atirah yang semakin membaik ini membuat Juli lega. Menurut dia, Atirah kini sedang dilatih berjalan. Kepada dokter dan relawan yang telah membantu menyembuhkan anaknya, Juli menyampaikan pesan singkat.
"Saya mah bilang hatur nuhun saja," kata Juli lirih.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.