YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Revolusi industri 4.0 tidak dipungkiri juga membawa dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya, revolusi industri 4.0 menghilangkan intervensi manusia di dalam proses industri karena dikerjakan mesin berteknologi tinggi seperti M2M, IoT, big data, dan AI.
Dampak negatif revolusi industri 4.0 ini bisa menimbulkan ancaman peningkatan angka pengangguran. Terlebih, mesin-mesin industri yang telah terpasang dan dibangun dengan return of investment bertahun-tahun perlu penyesuaian dan menjadi tantangan dalam investasi baru.
“Revolusi industri 4.0 menuntut perubahan kualifikasi kebutuhan tenaga kerja, jadi sistem pendidikan juga perlu disesuaikan,” ujar Selo, Guru Besar Bidang Teknik Elektro Fakultas Teknik UGM, saat menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar di Balai Senat UGM, Selasa (1/12/2020).
Baca Juga: Bersiap! Revolusi Industri Tiba Sesaat Lagi
Ia memaparkan konsep industri 4.0 berkaitan erat dengan konsep society 5.0. Jika revolusi industri 4.0 mengandalkan M2M, IoT, AI, dan big data sebagai komponen utama dalam membuat perubahan di masa depan. Sementara, society 5.0 yang berupa pengembangan teknologi modern menempatkan manusia sebagai komponen utamanya.
Artinya, society 5.0 menjadi sebuah konsep teknologi yang menjadikan manusia sebagai pertimbangan utama dalam pengembangan teknologi. Kesejahteraan manusia menjadi tujuan akhir dari pengembangan sistem.
Ia mencontohkan, di bidang transportasi kemudahan moda transportasi dan pembayaran juga diikuti dengan sistem yang ramah terhadap anak, lansia, atau orang berkebutuhan khusus lainnya.
Menurut Selo, kesuksesan implmentasi konsep society 5.0 bergantung pada kesuksesan revolusi industri 4.0 yang dibangun dengan komponen utama teknologi IoT, M2M, AI, dan big data.
“Selain itu juga memperhatikan persoalan kecepatan koneksi dan kapasitas koneksi nirkabel,” ucapnya.
Baca Juga: Jokowi: Prabowo Kurang "Optimis" di Revolusi Industri
Dalam pidato pengukuhan yang berjudul Konektivitas Nirkabel Antarperangkat untuk Kesejahteraan Masyarakat dalam Society 5.0, Selo mengatakan bahwa otomasi yang mengandalkan konektivitas antar perangkat yang berkomunikasi di level M2M telah banyak diimplmentasikan di berbagai bidang dan dirasakan manfaatnya.
“Tetapi aplikasi tersebut masih dirancang dan diimplementasikan menggunakan konsep revolusi industri 4.0 dan belum berfokus secara komperehensif pada manusia, sehingga perlu pengembangan konektivitas jaringan nirkabel yang memadai khususnya WLAN (wifi) dan seluler untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam konteks society 5.0,” kata Selo.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.