Sejarah Kota Tua Jakarta, Alami Puluhan Tahun Revitalisasi
Jelajah indonesia | 28 Agustus 2022, 06:20 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Walaupun gagal ditetapkan sebagai warisan dunia (world heritage) UNESCO pada 2018 lalu, Pemprov DKI Jakarta tak menutup kemungkinan pengajuan kembali kawasan Kota Tua Jakarta untuk menyandang status tersebut.
Kota Tua sendiri adalah salah satu destinasi wisata favorit di DKI Jakarta. Perbaikan kualitas lingkungan dan peningkatan infrastruktur terus digencarkan agar Kota Tua siap mendunia.
Kota Tua pun telah mengalami puluhan tahun upaya revitalisasi dari pemerintah setempat. Sejak era Ali Sadikin hingga Anies Baswedan, kawasan ini berulangkali direvitalisai, meskipun realisasinya sempat mengalami pasang-surut.
Sejarah Kota Tua Jakarta
Dalam pembukaan Festival Batavia Kota Tua, Jumat (26/8/2022) lalu, Gubernur Anies Baswedan mengajak warga berwisata ke Kota Tua untuk menyaksikan perjalanan sejarah Jakarta yang telah berusia sekitar 400 tahun.
Baca Juga: Sambut Wajah Baru Kota Tua, Pemprov DKI Jakarta Gelar Festival Batavia Selama 3 Hari, Gratis!
"Di tempat ini, kita melihat bagaimana perjalanan kota ini selama 400 tahun, ditandai dengan bangunan-bangunan yang dibangun sejak tahun 1600-an," kata Anies dikutip Kompas.com.
Kata dia, Kota Tua bukanlah sekadar wisata sejarah, melainkan tempat yang bisa “membawa orang melintasi waktu.”
"Saya ingin mengundang seluruh warga Jakarta dan sekitarnya. Mari datangi Kota Tua, mari kita lihat Kota Tua yang hampir tuntas pembangunannya (revitalisasi). Dan kita ramaikan Festival Kota Tua," sambung Anies.
Kota Tua merupakan areal sekitar 1,3 kilometer persegi yang terletak di wilayah administrasi Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Kawasan ini dulunya dijuluki “Ratu dari Timur”, menjadi tempat Belanda membangun infrastruktur-infrastruktur awal kota seperti benteng, kanal, gedung pemerintahan, serta perkantoran.
Baca Juga: Ketika Daendels Tiba di Batavia dan Awal Keruntuhan Para Penguasa Jawa
VOC awalnya membangun kota ini di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung (sekarang Lapangan Fatahillah).
Kemudian, kota yang dulu bernama Batavia ini diperluas. Pada 1942, ketika era pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta.
Puluhan tahun revitalisasi Kota Tua Jakarta
Revitalisasi dan pengembangan Kota Tua Jakarta telah dimulai sejak Ali Sadikin menjabat pada 1970. Pada 21 Oktober 1970, melansir Harian Kompas, Ali Sadikin menerbitkan Keputusan Gubernur yang menyatakan bahwa daerah sekitar Taman Fatahillah akan dipugar di bawah pengawasan pemerintah daerah.
Agenda revitalisasi Kota Tua pun semakin dimantapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 11 Tahun 1972 yang menetapkan Kota Tua sebagai kawasan cagar budaya. Di luar Kota Tua, area Pasar Ikan dan Glodok juga ditetapkan sebagai zona konservasi.
Pada 1974, pemerintahan Ali Sadikin meresmikan Taman Fatahillah sebagai pusat Kota Lama Jakarta usai pemugaran. Kemudian, rencana pemugaran diperluas ke area Glodok dan Pelabuhan Sunda Kelapa.
Pada 1993, era Gubernur Soerjadi Soedirdja, Pemda DKI Jakarta kembali memulai program revitalisasi. Revitalisasi ini menyasar kawasan sekitar 139 hektare di wilayah administrasi Jakarta Barat dan Jakarta Utara.
Baca Juga: Muncul Usulan Polri di Bawah Kementerian, Berikut Sejarah Terbentuknya Korps Bhayangkara
Dua tahun kemudian, Kota Tua dikembangkan menjadi destinasi wisata. Terobosan dibuat dengan mengizinkan swasta mengomersialkan kawasan tersebut, tetapi dengan syarat tidak mengubah bentuk bangunan tua yang sudah berdiri.
Pada era Gubernur Soerjadi Soedirdja, gudang-gudang yang sebelumnya terletak di kawasan Kota Tua juga dipindahkan.
Ketika Sutiyoso menjabat, Kota Tua kembali direvitalisasi. Program revitalisasi dimulai dengan perbaikan bangunan di sekitar Taman Fatahillah.
Pada era Gubernur Joko Widodo, konsorsium Kota Tua dibentuk untuk mempercepat revitalisasi. Program revitalisasi secara resmi dimulai pada Maret 2014.
Pada tahun yang sama, kawasan Kota Tua dipersiapkan untuk didaftarkan menjadi destinasi wisata warisan dunia yang diakui UNESCO. Pencalonan ini gagal pada 2018.
Gubernur saat ini, Anies Baswedan melanjutkan upaya revitalisasi Kota Tua dengan membenahi badan sungai dan jalur pedestrian bantaran Kali BESAR.
Selain itu, kawasan Kota Tua juga ditetapkan menjadi zona rendah emisi.
Pemerintah DKI Jakarta berupaya terus membenahi Kota Tua agar menjadi destinasi wisata yang menarik perhatian internasional.
Baca Juga: 12 Indikator UNESCO untuk Komunitas Siaga Tsunami, Tanjung Benoa jadi yang Pertama di Indonesia
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV