> >

5 Bekas Penjara yang Kini Jadi Obyek Wisata di Indonesia

Jelajah indonesia | 8 September 2021, 23:51 WIB
Benteng Pendem Ambarawa. Sejumlah pengunjung berfoto di salah satu bangunan tua di kawasan Benteng Pendem Ambarawa. (Sumber: Kurniawan Eka Mulyana)

3) Benteng Fort Rotterdam Makassar

Benteng Fort Rotterdam terletak tidak jauh dari bibir pantai di tengah Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Awalnya, benteng ini merupakan milik Kerajaan Gowa, yang dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-10, I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung yang bergelar Karaeng Tunipalangga Ulaweng.

Namun, setelah penandatanganan Perjanjian Bongaya, Kerajaan Gowa-Tallo menyerahkan benteng ini pada VOC, yang kemudian mambangunnya menjadi seperti saat ini.

Di benteng ini pula Belanda memenjarakan Pangeran Diponegoro sejak 1833 hingga wafatnya pada 8 Januari 1855.

Baca Juga: 5 Kebakaran Lapas di Indonesia sejak 2019

Benteng Fort Rotterdam Makassar. Sejumlah pengunjung duduk di halaman Benteng Fort Rotterdam, Makassar, beberapa waktu lalu. (Sumber: Kurniawan Eka Mulyana)

4) Museum Fatahillah

Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta dulunya merupakan Balai Kota Batavia yang dibangun oleh penjajah Belanda.

Pada abad ke-17 hingga 19, gedung itu menjadi pusat aktivitas warga. Selain sebagai pusat aktivitas, balai kota juga menjadi tempat pelaksanaan hukuman mati dan pembantaian massal.

Museum Fatahillah juga merupakan penjara bawah tanah untuk pria dan wanita. Gedung itu menjadi saksi bisu kekejaman penjajah kolonial Belanda. Saat air laut pasang, ruang bawah tanah akan penuh oleh air laut dan merendam tubuh para tawanan.

Baca Juga: Kisah Kebakaran Penjara di Dunia, dari Overkapasitas hingga Perkelahian Antargeng

5) Penjara Boven Digoel

Bangunan bersejarah lain yang merupakan bekas penjara dan saat ini banyak dikunjungi wisatawan adalah bekas penjara Boven Digoel di Papua.

Penjara Boven Digoel yang dibangun oleh kolonial Belanda pada tahun 1927 merupakan tempat pengasingan Bung Hatta dan sejumlah tokoh nasional lainnya.

 

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas.com


TERBARU