Jauhi Sifat Sombong
Beranda islami | 8 Februari 2020, 16:42 WIBJAKARTA - Sikap sombong adalah memandang diri berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain.
Sebagian salaf menjelaskan bahwa dosa pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur (sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir“ (QS. Al Baqarah:34)
Iblis hasad kepada Adam ‘alaihis salaam dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam. Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari tanah”. Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi . Iblis sombong dengan tidak mau sujud kepada Adam”
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran.
Dalam suatu hadits disebutkan, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Seorang muslim itu adalah saudara dengan muslim yang lainnya. Maka ia tidak boleh menyakiti, menelantarkan, merendahkan atau menghinanya. Takwa itu ada di sini (Rasulullah menunjuk dadanya seraya mengucapkannya tiga kali). Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim Setiap muslim, haram darahnya, hartanya dan kehormatannya atas muslim lainnya.” (HR. Muslim 4/1986 no. 2564)
Apakah maksud Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa takwa itu letaknya di hati? Rasulullah mengingatkan kepada kita agar jangan merendahkan dan meremehkan orang lain karena barometer kedudukan seseorang di sisi Allah adalah ketakwaaannya, dan ketakwaan itu letaknya di hati, dan tidak ada yang mengetahui isi hati seseorang kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka apakah sikap merendahkan tersebut adalah anggapan bahwa seseorang lebih bertakwa daripada yang lainnya?
Memang benar seseorang dapat melihat amalan zahir seseorang, akan tetapi dia tidak bisa mengetahui isi hatinya. Bisa jadi ada seseorang yang tampak amalan zahirnya lebih sedikit daripada diri kita, akan tetapi bisa jadi dia jauh lebih ikhlas dan jauh daripada ujub atau dia ternyata jauh lebih bertakwa dan takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya tatkala seseorang tidak bisa menilai batin seseorang, maka janganlah dia menghukumi bahwa orang tersebut jauh lebih rendah daripada dirinya.
Jika seseorang mendapati dalam dirinya sifat senang dan suka meremehkan orang lain, suka mencibir orang lain, dan suka merendahkan orang lain, maka ketahuilah bahwasanya itu bukti atau indikator terbesar bahwa hatinya telah terjangkiti kesombongan, maka hendaknya dia waspada.
semoga Allah Ta’ala menjaga dan menjauhkan kita dari sifat sombong.
Wallahu'alam Bishawab
Penulis : Agung-Pribadi
Sumber : Kompas TV