> >

Soal Tenda Jemaah Haji di Mina yang Sempit, Menag: Sejak 2017, Isunya Selalu tentang Kepadatan

Beranda islami | 19 Juni 2024, 10:30 WIB
Tenda-tenda yang didirikan untuk menampung jemaah haji dari berbagai negara di Mina di dekat kota Makkah, Arab Saudi, Jumat (14/6/2024). (Sumber: AP Photo/Rafiq Maqbool)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menanggapi protes jemaah haji Indonesia mengenai tenda di Mina yang dinilai tidak layak.

Menurut Yaqut, luas wilayah Mina memang sangat terbatas. Dengan kuota 213.320 calon haji, kata dia, ruang yang tersedia kurang dari 0,8 meter persegi per orang.

"Mina dari dulu seperti itu. Sejak kuota kembali normal pada 2017, isunya selalu soal kepadatan. Sehingga, menerima tambahan kuota selalu menjadi berkah sekaligus tantangan," kata Gus Men, sapaan Yaqut, Selasa (18/6/2024), dikutip dari laman kemenag.go.id.

Baca Juga: Diumumkan Lebih Awal, Indonesia Dapat Kuota Haji 2025 Sebanyak 221.000 Jemaah

Yaqut mengatakan, meski ada dinamika, puncak haji 2024 berjalan dengan lancar. 

"Dalam keterbatasan wilayah, ada tantangan kenyamanan, bahkan keselamatan jiwa. Ini yang perlu menjadi pertimbangan," lanjutnya.

"Alhamdulillah kita bersyukur, proses puncak haji berjalan lancar," katanya lagi.

Menag menambahkan, pihaknya akan segera menggelar evaluasi terhadap penyelenggaraan haji tahun ini. 

Sejumlah catatan akan menjadi bahan perbaikan untuk musim haji mendatang.

"Kita tetap akan upayakan kuota tambahan dalam jumlah yang terukur untuk tetap menjaga kenyamanan dan keselamatan jemaah," tegasnya.

Diberitakan Kompas.tv, Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI menyebut tenda jemaah haji Indonesia di Mina banyak yang melebihi kapasitas.

Ketua Timwas Haji DPR RI Muhaimin Iskandar mengatakan, sidak Timwas menemukan banyak tenda yang melebihi kapasitas sehingga penuh sesak dan jemaah tak bisa beristirahat.

Baca Juga: DPR Soroti Penyelanggara Haji: Jumlah dan Kapasitas Tenda Jemaah Haji Tidak Sesuai

Akibatnya, banyak anggota jemaah haji Indonesia yang tidur di lorong. Fasilitas pendukung seperti kamar mandi atau toilet dan tempat wudu juga sedikit. Banyak jemaah yang harus antre hingga berjam-jam.

"Kita menemukan fakta bahwa jumlah jemaah dengan kapasitas tenda tidak sesuai. Satu orang cuma 0,8 meter. Artinya gak sampai satu meter. Artinya gak bisa tidur. Akhirnya tidur di lorong, ini tidak boleh terulang. Ke depan tiap tenda harus ukuran per orang per nama," kata Muhaimin usai melakukan sidak di Mina, Senin (17/6).

"Kemudian rasio kamar mandi juga gak seimbang. Antre sampai dua jam sampai ada yag pingsan,” imbuhnya, seperti dilaporkan langsung jurnalis Kompas TV, Mustakim.

Dia mengatakan Timwas juga menemukan kamar mandi dan toilet yang tak ramah lansia. Menurut pria yang akrab dipanggil Cak Imin itu, ramah lansia seharusnya tak hanya jadi tagline kampanye, tapi juga harus ada realisasinya.

Selain itu, lokasi tenda jemaah juga jauh dari lokasi melempar jumrah. Sehingga jemaah khususnya lansia, kesulitan karena harus berjalan jauh untuk menuju jamarat.

Ia mengatakan banyak anggota jemaah Indonesia yang tidur di lorong tanpa atap sehingga beberapa dari mereka pingsan akibat sengatan panas atau heat stroke.

 

Penulis : Dian Nita Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU