Kisah Rasulullah saat Jadi Seorang Buruh, Dikenal sebagai Sosok Al Amin
Beranda islami | 14 Mei 2022, 18:46 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam sejarah, Rasulullah pernah menjadi seorang buruh. Ia bekerja bersama pamannya, Abu Thalib, dan dikisahkan menjadi sosok pekerja yang amanah.
Dikisahkan oleh Martin Lings dalam Mohamed, Muhammad lahir dalam keadaan kota yang tidak bagus, kondisi sosial politik di Makkah juga kurang menentu, bahkan cenderung buruk secara ekonomi.
Meski begitu, Makkah yang memiliki Ka’bah sebagai pusat religi dan kepercayaan, tetap menjadi salah satu penggerak ekonomi. Namun, tidak semua orang bisa memilki akses untuk itu.
Untuk bisa menggerakkan ekonomi, banyak warga Makkah yang melakukan perdagangan di kota-kota sebelah, dari Madinah hingga Syam (sekarang Irak).
Salah satunya adalah keluarga Abu Thalib, dan Muhammad menjadi salah satu yang dipekerjakan di dalamnya.
Ia pun dikenal sebagai orang yang jujur dan dipercaya ketika berniaga. Hingga, warga pun mengenalnya sebagai sosok Al-Amin atau yang dipercaya.
Gelar ini didapat beliau ketika Ka’bah berserakan usai banjir dan para kabilah saling berseteru menyoal siapa yang paling berhak mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Rasulullah ternyata mampu menyatukan mereka, dan gelar Al-Amin pun disematkan kepada beliau.
Baca Juga: Tiga Perang Besar Umat Islam di Bulan Syawal, Terjadi saat Nabi Masih Hidup
Belajar Bekerja sedari Kecil
Rasulullah sedari kecil juga terbiasa untuk bekerja dan menghidupi diri. Ketika Muhammad kecil diasuh oleh Halimah, beliau juga diajari dan diberi amanah menggembala kambing.
Kelak, hal ini membentuk kepribadian Rasul saat dewasa.
Ketika beranjak dewasa, Muhammad muda pun ikut menjadi buruh, bekerja dengan pamannya Abu Thalib. Dikenal giat bekerja dan begitu amanah, ia pun menjadi kepercayaan.
Mereka berniaga dengan Khadijah, seorang perempuan mandiri yang memiliki usaha atas tangannya sendiri.
Muhammad muda pun akhirnya bekerja kepada Khadijah dan mendapatkan kepercayaan penuh darinya atas dedikasi, keuletan dan kejujurannya.
Kelak, sejarah mencatat, keduanya menikah dan memperjuangkan Islam.
Pengalaman-pengalaman itulah yang membentuk pribadi Rasulullah seperti yang kita kenal sekarang: beliau begitu membela kaum buruh dan menolak dengan tegas perbudakan.
Rasulullah juga begitu membenci mereka yang tidak memberi upah bagi para pekerja. Hak buruh dan mereka yang bekerja menjadi perhatian serius beliau, karena beliau juga pernah mengalami hal yang sama.
Ketika kewajiban pekerja telah dilaksanakan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Majah dari Ibnu Umar RA, maka wajib kiranya untuk segera dibayar.
Sabda Nabi, “Berikanlah upah kepada buruh sebelum keringatnya kering.”
Tentu saja hal ini merupakan ucapan beliau yang begitu kuat dan menegaskan sikapnya sebagai seorang revolusioner sejati. Betapa tidak, di zaman itu, bahkan pekerja yang telah dibeli menjadi budak pun tidak akan mendapatkan upah dari pekerjaannya.
Wallahu a'lam.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV