Orang Kaya Tunggu 500 Tahun Dulu sebelum Masuk Surga Dibanding Orang Miskin, Begini Penjelasannya
Beranda islami | 1 Maret 2022, 16:52 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam sebuah hadis, Rasulullah mengisahkan tentang nasib orang-orang kaya ketika nanti berada di pintu surga. Nasib mereka ternyata berbeda dengan mereka yang mendapatkan cobaan miskin ketika berada di dunia.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah tersebut dijelaskan, bahkan orang kaya itu nantinya akan lebih lama 'mengantri' masuk surga dengan jarak waktu yang cukup lama.
Jarak waktu tersebut mencapai 500 tahun lamanya. Orang miskin terlebih dahulu ke surga, lantas jika dia orang kaya, maka ia akan berada di belakang orang-orang miskin ini.
Lantas apa alasannya?
Hal ini terjadi lantaran, orang kaya di dunia mendapatkan kemudahan dibandingkan orang-orang miskin. Orang miskin ini ketika di dunia tidak mendapatkan kenikmatan duniawi.
Kenikmatan duniawi itu berupa harta benda, kekayaan maupun makanan-makanan lezat. Hidup pun begitu susah.
Sabda Rasulullah SAW: Orang-orang beriman yang fakir miskin kelak akan masuk surga terlebih dahulu setengah hari yang setara 500 tahun lamanya daripada orang kaya.’ (HR Ibnu Majah).
Salah satu hikmah dari hadis ini adalah soal ketidakbolehan untuk meremehkan mereka yang mendapatkan cobaan miskin dari Allah SWT. Bahkan, bagi orang yang punya rezeki berlebih, haruslah menolong mereka yang kesususahan itu.
Apalagi, terkadang, karena kedudukan dia sebagai seorang fakir miskin, banyak orang menyepelekan dan mungkin menistakan mereka lantaran hidupnya.
Namun, hadis di atas juga tidak bisa dimaknai dengan ketikdabolehan menjadi kaya dan keharusan jadi miskin.
Baca Juga: Dua Zikir Asmaul Husna, Panjatkan sebagai Wirid Memudahkan Rezeki
Orang Miskin Masuk Surga Lebih Dulu
Terkait kriteria orang miskin masuk surga terlebih dahulu, para ulama memberikan penjelasan terkait hadis ini.
Orang miskin yang dimaksud, berdasarkan penjelasan Imam An-Nawawi, adalah mereka yang tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Namun demikian, mereka juga bersabar dan tidak melakukan dosa besar atau maksiat-maksiat berat lainnya baik lahir maupun batin,” papar Alhafiz Kurniawan dari Lembaga Bahtsul Masail NU, dikutip dari situs resmi NU.
Dosen Agama Islam di Universitas Indonesia itu lantas menjelaskan, kriteria miskin ini bukan sekadar miskin belaka, tapi ia juga beriman dan tidak putus asa dalam hidupnya.
“Jadi bukan asal fakir dan miskin, tetapi mereka yang tidak pesimis dan putus asa serta tidak menghalalkan segala cara untuk mengatasi keterbatasannya. Di samping itu, mereka adalah orang yang menjaga keimanan dan martabatnya,” imbuhnya.
Begitulah.
Semoga Allah senantiasa memberikan kita rahmat dan berkah, serta kelak mendapatkan kesempatan berada di surga-Nya. Amin.
Wallahu a’lam.
Penulis : Dedik Priyanto Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV