> >

3 Ulama Indonesia yang Jadi Imam Besar Masjidil Haram

Beranda islami | 5 Februari 2022, 15:01 WIB
Ilustrasi. Dalam sejarah, ada tiga ulama Indonesia yang pernah menjadi imam besar Masjidil Haram. Siapa saja mereka? (Sumber: Agung Pribadi)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Masjidil Haram yang berada di Mekah, Arab Saudi, adalah masjid yang menjadi magnet umat muslim di seluruh dunia sejak berabad-abad yang lalu.

Masjidil Haram selain sebagai masjid, juga menjadi pusat keilmuwan Islam. Tak ayal, para ulama dari seluruh dunia berbondong-bondong belajar Islam dan mendekatkan diri kepada para ulama yang berada di Tanah Suci.

Dalam sejarah, paling tidak ada tiga ulama Indonesia yang pernah menjadi imam besar di Masjidil Haram.

Mereka adalah para alim ulama dengan keluasan ilmu meliputi fiqih, syariah, tasawuf serta termasyhur karena perilaku mereka yang tawadhu'.

Berkat ketinggian ilmu tersebut, tiga tokoh ini dijadikan imam besar di Masjidil Haram. Sebuah amanah yang menunjukkan tingkatan ilmu, serta pengakuan kealiman dari para ulama di penjuru dunia.

Baca Juga: Mengenal Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Guru Para Ulama di Indonesia dan Imam Masjidil Haram

3 Ulama Indonesia yang Jadi Imam Besar Masjidil Haram

Menurut buku 25 Masjid Beribu Kisah, ada tiga ulama Indonesia yang pernah menjadi imam besar Masjidil Haram yaitu Syeikh Junaid Al Batawi, Imam Nawawi Al Bantani, dan Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi.

Syeikh Junaid Al Batawi

Ulama ini lahir di Pekojan, Jakarta Barat. Beliau dikenal sebagai seorang pendidik yang tangguh. Hingga akhir hayatnya dihabiskan untuk mengajar.

Syeikh Junaid dikenal sebagai syeikhul masyayikh madzhab Syafii. Di antara muridnya yang kemudian masyhur adalah Iman Nawawi Al Bantani.

Syeikh Junaid Al-Batawi wafat di Mekah pada tahun 1840. Saat itu, beliau diperkirakan berusia 100-an tahun. 

Baca Juga: Hari Santri 2021: Inilah Pesantren Tertua di Indonesia, Umurnya Lebih dari 500 Tahun

Syeikh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani.

Ulama ini dilahirkan di Kampung Tanara, Serang, Banten pada tahun 1815. Namanya masyhur hingga sekarang dengan karyanya yang banyak.

Di Mekah, beliau kembali memperdalam ilmu agama kepada guru-gurunya selama kurang lebih 30 tahun. Semakin hari semakin masyurlah hasil pemikiran Syeikh Muhammad Nawawi. Beliau juga menulis banyak kitab berbahasa Arab dan jadi rujukan khususnya dalam ilmu fiqih, di seluruh dunia. 

Ketika menetap di Syi’ib ‘Ali, Mekah, Syeikh Muhammad Nawawi memiliki murid yang banyak dan berasal dari berbagai bangsa. Namanya kemudian tersohor sebagai Syaikh Nawawi al-Jawi al-Bantani. Puncaknya, ketika beliau ditunjuk sebagai pengganti imam Masjidil Haram.

Syeikh Nawawi meninggal di Mekah pada 1897. Beliau adalah guru ulama-ulama pesantren di Indonesia. Salah satu keturunannya saat ini menjadi Wakil Presiden yakni KH Ma'ruf Amin yang juga pernah menjabat Rais Aam PBNU.

Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi 

Ulama ini juga dikenal dengan nama Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. Beliau lahir di Sumatera Barat, tepatnya di Koto Tuo, Agam pada 26 Juni 1860. Kecerdasan beliau sudah terlihat sejak kanak-kanak.

Ayahnya Syaikh Abdul Latif mengajaknya ke Mekah pada usia 11 tahun (1871) untuk menunaikan ibadah haji. Namun Ahmad tidak ikut pulang, ia tinggal di Mekah untuk menuntaskan hafalan Alqurannya.

Selain menghafal Alquran, Ahmad berguru dengan beberapa ulama di antaranya Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy.

Kealiman Syeikh Ahmad Khatib dibuktikan ketika ia diangkat menjadi imam dan khatib sekaligus staf pengajar di Masjidil Haram.

Syeikh Ahmad Khatib mempunyai banyak murid yang kemudian menjadi ulama-ulama besar, di antaranya Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) ayah dari Buya Hamka, ulama termasyhur Indonesia.

Lalu ada K.H. Hasyim Asy’ari (pendiri NU), dan K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), serta masih banyak lagi.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU