> >

Anggapan Keliru tentang Bulan Safar, Dianggap Pembawa Sial hingga Bulan Larangan Menikah

Beranda islami | 9 September 2021, 01:05 WIB
Penampakan gerhana bulan total pada Sabtu, 28 Juli 2018, di Planetarium dan Observatorium, Cikini. (Sumber: Muhammad Rayhan via Kompas.com)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Ada anggapan di masyarakat kita, bulan Safar diangap sebagai bulan pembawa kesialan. Padahal, bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Islam hijriah setelah Muharram. Apalagi, bulan Safar tahun ini diperkirakan akan jatuh pada hari Kamis, 9 September 2021. Kita lantas bertanya, memangnya bulan Safar itu bulan yang penuh kesialan ya?

Terkait bulan Safar yang dianggap bulan sial ini, ada perbedaan pendapat di antara ulama. Namun, kebanyakan ulama (jumhur ulama) justru tidak serta-merta mencap bahwa bulan ini adalah kebalikan dari Muharram. Apalagi, bulan Muharram adalah bulan penuh berkah karena merupakan awal mula penanda kalender Islam hijriah.

Bulan Safar kerap kali dianggap sebagai bulan yang penuh kesialan atau dalam bahasa Arab disebut Tasya’um. Bulan yang penuh keburukan. Padahal, sebenarnya tidak. Safar disebut sebagai bulan sial ini sebenarnya kurang tepat dan justru membuat keberkahan bulan ini jadi hilang.  

Nah, kita lantas bertanya, dari mana kepercayaan bulan Safar itu buruk bermula?

Kepercayaan yang menyebut bulan Safar ini bulan yang buruk dan penuh kesialan sebenarnya justru muncul dalam sejarah era pra-Islam. Orang-orang menyebut zaman ini sebagai zaman jahiliah. Zaman ketika Mekkah masih belum mengenal Islam.

Baca Juga: Kisah Penjara Pertama dalam Sejarah Islam

Pada zaman dulu, kepercayaan Arab menyebut bulan ini dengan penuh kesialan. Ketika berdagang pasti rugi, ketika harusnya panen justru gagal hingga katanya mereka yang menikah di bulan Safar akan gagal. Menikah dilarang di bulan Safar.

Pada zaman jahiliah, segala aktivitas di bulan ini dihindari. Orang-orang akan menghindari apa pun seraya merutuki bulan ini sepanjang hari dan berharap langsung lompat ke bulan selanjutnya. 

Tentu saja, di era modern, hal seperti ini sulit untuk diterima. Dan ternyata, ketika Islam datang, mitos terkait bulan Safar pun lambat laun ditinggalkan.

Baca Juga: Urutan Nafkah Dalam Islam

Satu hal yang pasti, sebagai muslim, kita wajib meyakini bahwa segala sesuatu itu datangnya dari Allah. Nasib baik maupun buruk juga sudah ditentukan oleh-Nya. Jadi, kenapa kita lantas menyandarkan urusan nasib buruk hanya kepada mitos soal bulan?

Jadi, pada dasarnya, tidak ada alasan khusus untuk menyebut sebuah bulan itu disebut bulan buruk maupun sial. Sebab Rasulullah saja mengingatkan kita, tiap bulan itu baik dan kita sebagai umat diminta untuk mengisi tiap bulan, tiap waktu dengan segala kebaikan di dalamnya.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU