Referensi Khutbah dari MUI untuk Salat Iduladha di Rumah Saja
Beranda islami | 19 Juli 2021, 18:25 WIBKaum muslimin yang berbahagia
Saat sekarang ini umat Islam, khususnya di Indonesia sedang mendapat musibah pendemi Covid-19 sehingga secara keagamaan, sosial dan ekonomi mengalami banyak perubahan dan kesulitan. Secara keagaman kita banyak perubahan tata laksananya bahkan sampai tak dapat melaksanaan ibadah sebagaimana mestinya.
Contohnya, beberapa bulan lalu kita tak dapat melaksanakan shalat jum’at berkali-kali karena menghindari berkerumun di masjid, shalat rawatib berjemaah sampai sekarang di daerah yang masih rawan penularan covid-19 belum bisa melaksanakan shalata berjemaah yang merapatkan shaf.
Baca Juga: Besok Hari Raya Iduladha, Ketahui Batas Aman Konsumsi Daging Per Hari
Secara sosial keagamaan banyak hal yang berubah karena mengikuti protokol kesehatan untuk menghindari penolaran pandemi ini. Yaitu, tidak bersalaman secara langsung saat berlebaran dan pertemuan, tidak bisa mudik saat lebaran dan acara-acara hari besar dan tabligh akbar sulit dilaksanakan.
Kini secara ekonomi, pendapatan masyarakat sangat terasa penurunan produksi bahkan sebagian banyak yang dirumahkan juga diberhentikan kerja. Para pekerja informal, seperti guru lepas dan pedagang kaki lima banyak yang berhenti bekerja karena suasan di saat wabah pandemi tak memungkin kondisinya.
Masyarakat saat ini banyak yang prihatin. Apapun kondisinya harus banyak berkorban demi mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan hidup baik secara muril maupun materiil. Harus meluruskan niat, semua upaya semata-mata qurbanan (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.
Mari kita kembali kepada ajaran Islam untuk menghindari siksa dengan datangnya wabah sehingga wabah pandemic ini bisa mendatangkan rahmat. Sebab musibah, termasuk pandemin Covid-19 ini akan menjadi siksa (adzab) bagi siapa yang dikehendaki oleh Allah SWT dan akan menjadi rahmah (kasih sayang) Allah kepada orang mukmin. Karenanya, untuk menjadikan musibah ini rahmah adalah menyikapinya dengan keimanan dan melaksanaan ajaran Islam.
Pertama, tauhid kepada Allah SWT seraya juga melakukan upaya nyata yang maksimal. Bahwa saat pandemi mewabah maka kita wajib menghidarinya dengan cara isolasi diri dari interaksi fisik dengan orang lain. Menghidari kerumunan (social distancing), menghidari kontak fisik dengan orang lain (fisical distancing), menggunakan masker di tempat umum untuk menghindari penularan pandemic Covid-19, menjaga higienisitas diri dan lingkunga, hati yang tenang, rajin berolahraga dan mengkonsumsi yang halal dan thoyyib
Kedua, memaksimalkan waktu luas dan longgar di rumah dengan kembali menguatkan ketahanan rumah tangga dan memaksimalkan pendidikan anak di keluarga sebagai pendidikan utama umat manusia.
Baca Juga: Jelang Iduladha, Ini Empat Bagian Kambing yang Paling Enak untuk Dijadikan Sate
Di antara hikmah dari pandemi ini ialah Allah SWT mengingatkan umat agar selalu mementingkan keluarga, sehingga yang sebelumnya lebih banyak di luar rumah karena kesibukannya atau karena gaya hidupnya maka saat pandemi mewabah dapat memaksakan waktu untuk selalu di rumah bahkan berkerja sekalipun dilakukan dari rumah.
Ketiga, memelihara hidup yang higienis, yaitu menjaga kebersihan dan kesucian. Bahwa sedari dulu Islam mengajarkan hidup higienis meskipun faktanya masih banyak umat Islam yang kurang sadar dan tak banyak yang memperhatikan kebersihan dan kesucian.
Islam sebagaimana diuraikan dalam ajaran ilmu fikih memulai uraiannya dengan bab thaharah, yaitu ulasanan tentang kesucian dan kebersihan. Kembali memperhatikan ajaran kebersihan dapat menghindari penularan Covid-19, bahwa menurut medis mayoritas penularan wabah banyak melalui persentuhan tangan maka selalu dianjurkan cici tangan.
Nabi SAW sudah mengingatkan umatnya agar selalu cuci tangan kalau hendak minum, makan dan berwudhu’, bahkan sejak baru bangun tidur pun dianjurkan pertama kali mencuci tangannya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
“ ”
“Ketika bangun tidur, kamu seharusnya cuci tangan tiga kali sebelum beraktivitas karena dia tidak tahu kondisi tangannya saat malam hari.” (HR Muslim)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Kaum muslimin yang berbahagia
Semua cobaan dapat kita lalui dengan baik manakala dihadapi dengan sabar, yaitu tetap istiqamah menjalankan petrintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Sabar berkorban menjalankan ajaran Islam dan melepaskan egoisme untuk qurbanan (mendekatkan diri) kepada Allah.
Saat keterbatasan gerak dan penghasilan ekonomi seperti saat ini namun masih mampu untuk berqurban maka lakukanlah sebagai pengorbanan harta untuk mengapai qurban (kedekatan diri) kepada Allah SWT.
Baca Juga: Imbauan Gubernur Anies Terkait Iduladha: Tidak Ciptakan Kerumunan, Sholat di Rumah Masing-masing
Di akhir khutbah ini, dengan penuh khusyu’ dan tadharru’, kita berdoa kepada Allah SWT semoga perjalanan hidup kita senantiasa terhindar dari segala keburukan yang menjerumuskan umat Islam.
Semoga dengan doa ini pula, kiranya Allah SWT berkenan menyatukan kita dalam kebenaran agama-Nya dan memberi kekuatan untuk memtaati perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamain
. .
. . .
Penulis : Nurul Fitriana Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV/MUI.or.id