Rangkuman Polemik Rencana Penghapusan Rute Transjakarta Blok M-Kota yang Berhimpitan dengan MRT
Jabodetabek | 23 Desember 2024, 14:33 WIBMenurut Pemerhati Kebijakan Pendidikan dan Transportasi Darmaningtyas, karakter pelanggan Transjakarta berbeda dengan karakter pelanggan MRT.
Baik dari aspek sosial ekonomi, tarif, maupun pola perjalanannya.
"Sehingga tidak bisa keberadaan MRT itu menggantikan layanan TJ, meskipun satu rute," ungkap Darmaningtyas (21/12/2024) dalam keterangan tertulis yang diterima KompasTV.
Menurutnya, dari aspek sosial ekonomi, pelanggan MRT memiliki kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi.
Kemudian, dari segi tarif, tarif MRT jelas jauh lebih mahal karena berdasarkan jarak tempuh.
Saat ini, pengguna MRT dipatok tarif bervariasi tergantung jarak, dari mulai Rp3.000 sampai Rp14.000.
Sedangkan para pengguna Transjakarta cukup mengeluarkan Rp3.500 untuk sekali perjalanan, baik jaraknya dekat atau jauh.
Selain itu, pola perjalanan pengguna MRT dan TJ juga berbeda sehingga sulit untuk memindahkan pengguna TJ ke MRT.
Apabila ada penghapusan jalur, masyarakat yang biasanya menggunakan TJ bisa beralih ke kendaraan pribadi yang bisa menimbulkan kemacetan.
Darmaningtyas juga menambahkan, terkait alasan dobel subsidi yang dilontarkan pemerintah.
"Tentu tidak rasional pula, karena pelanggan TJ itu berbeda dengan pelanggan MRT, perusahaan yang melayani juga berbeda, dan masing-masing mendapat PSO dari Pemrov DKI Jakarta," katanya.
Baca Juga: Pengamat Kritik Rencana Penghapusan Koridor 1 TransJakarta, Aspek Sosio-Ekonomi Pengguna Berbeda
4. Dishub Tegaskan Tak Ada Penghapusan Jalur
Pada Senin (13/12/2024), Kepala Dishub DKI Jakarta Syafrin Liputo menegaskan soal rencana penghapusan rute Transjakarta.
“Layanan Transjakarta yang berhimpitan 100 persen dengan layanan MRT, yaitu Blok M-Kota ini akan dilakukan rerouting. Ini tidak berarti layanan dihentikan, tetapi diarahkan ulang agar lebih optimal,” ujar Syafrin pada Senin (23/12/2024) via TribunJakarta.com.
Ia menambahkan, layanan Transjakarta akan tetap berperan sebagai penghubung atau feeder untuk angkutan rel, termasuk MRT (Mass Rapid Transit/Moda Raya Terpadu) dan LRT (Light Rail Transit).
“Prinsipnya, Transjakarta akan menjadi pelengkap untuk transportasi rel, bukan digantikan. Sebagai contoh, layanan di Bundaran HI tidak akan dihilangkan,” katanya.
“Rute Transjakarta akan tetap termanfaatkan dengan pola integrasi, misalnya dari Semanggi, Kebon Sirih, hingga Tanah Abang untuk mendukung konektivitas,” imbuh Syafrin.
Penulis : Tri Angga Kriswaningsih Editor : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV, TribunJakarta.com