> >

Lokasi Temuan Kerangka Manusia di Surabaya Diduga Bekas Area Pemakaman

Jawa timur | 1 Oktober 2024, 10:00 WIB
Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Timur menduga bahwa lokasi penemuan sejumlah tulang belulang manusia di dasar sungai dekat Rumah Pompa Wonorejo 1, Surabaya, merupakan bekas area pemakaman. (Sumber: TRIBUNJATIM.COM/LUHUR PAMBUDI)

SURABAYA, KOMPAS.TV – Lokasi penemuan sejumlah tulang belulang manusia di dasar sungai dekat Rumah Pompa Wonorejo 1, Surabaya, diduga merupakan bekas area pemakaman. Dugaan ini diungkapkan Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Timur, menyusul penemuan tulang-tulang manusia dalam kondisi rusak dan rapuh pekan lalu.

Kabid Dokkes Polda Jatim Kombes Pol Mohammad Khusnan Marzuki mengungkapkan bahwa tulang-tulang yang ditemukan tidak lengkap membentuk kerangka tubuh manusia.

"Perlu kami sampaikan, tulang ini sudah lama sekali, sampai isinya sudah kosong dan rapuh. Sehingga menurut kami, ini bisa jadi karena di tepian sungai. Jadi kemungkinan ada bekas kuburan atau apa yang ikut aliran sungai sehingga terjadi pengumpulan di situ," jelasnya di Gedung Biddokkes Mapolda Jatim, Senin (30/9/2024), dikutip dari Tribun Jatim.

Sebanyak 21 tulang berhasil diamankan untuk keperluan penyelidikan. Beberapa di antaranya adalah tujuh tulang paha, dua bagian tengkorak kepala, satu rahang bawah dengan enam gigi, serta beberapa tulang lengan dan tulang panggul.

Sementara itu, menurut ahli forensik dr. Ma'rifatul Ula, kondisi tulang belulang yang ditemukan sudah sangat rapuh. 

"Memang kondisi tulang, sangat rapuh. Kalau kita bilang utuh, tidak bisa. Jadi sisa, tinggal sisa rangka. Tinggal puing-puing dari tulang," ungkap dr Ma'rifatul Ula.

Ma'rifatul menambahkan bahwa beberapa bagian tubuh seperti tulang tengkorak hanya tersisa bagian tempurung belakang. 

Tulang paha yang tampak utuh pun ternyata hanya bagian batangnya. Pengikisan oleh aliran sungai diduga menjadi penyebab utama kondisi tulang yang begitu rapuh. 

Menurut Ma'rifatul, aliran sungai yang terus-menerus mengikis tulang mempercepat proses kerusakan. 

"Tulang sudah lama. Karena temuan di bantaran sungai. Jadi kondisi aliran sungai yang terus-menerus bisa mengikis tulang, jadi erosi gitu. Sehingga bisa jadi lebih di atas 20 tahun," ujarnya.

Baca Juga: 21 Potongan Kerangka Manusia di Surabaya Diperkirakan Meninggal 20 Tahun Lalu, Ini Kata Kriminolog

Kondisi tulang yang rusak menjadi tantangan dalam proses identifikasi. Ma'rifatul menyebutkan, untuk menentukan jenis kelamin berdasarkan kondisi tulang yang ada tidak bisa hanya mengandalkan satu fitur. 

Meski ada kemungkinan bahwa salah satu tulang tersebut milik perempuan, identifikasi lebih lanjut masih diperlukan.

"Tidak bsa ditentukan. Kemungkinan besar memang ada perempuan, tapi kita tidak begitu yakin, karena menilai jenis kelamin tidak hanya satu fitur tulang saja, tapi dengan beberapa tulang," paparnya.

Selain itu, tulang-tulang yang ditemukan diperkirakan berasal dari lebih dari tiga individu. Namun, proses identifikasi belum dapat dilakukan secara pasti karena keterbatasan kondisi tulang.

Sebagai langkah terakhir, pihak forensik akan menggunakan tes DNA untuk memudahkan proses identifikasi. 

"Kami melakukan pemeriksaan DNA, yang paling akhir bisa kita lakukan kalau kita tidak bisa mengidentifikasi secara morfologi, kita melakukan pemeriksaan DNA," ucapnya.

Adapun sebelumnya penemuan kerangka manusia tersebut diketahui oleh M Turmudhi saat sedang memancing di ceruk genangan sungai yang mulai mengering di lokasi tersebut, pada Rabu (25/9) sekitar pukul 14.10 WIB. 

Turmudhi menemukan tulang-belulang manusia itu saat tengah berjongkok di dasar sungai yang mengering.

Baca Juga: Temuan Kerangka Manusia di Surabaya, Terungkap Fakta Baru hingga Polisi Singgung Tes DNA

 

 

Penulis : Rizky L Pratama Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Tribun Jatim


TERBARU