> >

Cerita Dramatis Penyintas Gempa Lombok M6,9 di Gili Trawangan

Bali nusa tenggara | 5 Agustus 2024, 20:00 WIB
Ribuan orang di pantai Gili Trawangan mengantri berdesakan pada 6 Agustus 2018 untuk dievakuasi usai gempa M6,9 mengguncang pada 5 Agustus 2018 malam. (Sumber: Istimewa)

"Go to the hill! Go to the hill! " Terdengar orang-orang berteriak memberi tahu para turis, juga warga yang panik untuk segera mengevakuasi diri ke bukit di selatan Trawangan. 

Pasalnya, tsunami biasanya menyertai gempa berkekuatan dahsyat. Dan bukit di Gili Trawangan, kendati tak seberapa tinggi dan puncaknya bisa dicapai hanya dengan berjalan kaki selama 5 atau 10 menit, jadi satu-satunya tempat yang dianggap aman. 

Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 6,6 Landa Filipina, Tak Ada Peringatan Tsunami

Selain bukit, lapangan sepak bola di selatan pulau juga jadi tempat orang-orang berkumpul. 
Dan di atas bukit dalam kegelapan malam, ribuan orang berkumpul. Orang-orang berteriak menyebut nama kerabat mereka yang terpisah, berseling seruan "Allahu Akbar!" saat gempa susulan menyapa sepanjang malam. 

Suasana saat itu seperti ribuan orang berkumpul untuk menonton layar tancap raksasa. Isi layarnya, panorama siluet hitam Gili Trawangan dan Gili Meno, dan air laut yang gelap berkilauan tertimpa cahaya bulan sabit. 

Dan sepanjang malam, orang-orang bertahan di atas bukit, menanti pertolongan datang. 
Tengah malam, terdengar suara seorang dokter asing yang menawarkan bantuan menolong mereka yang terluka. 

"Hello, I am a doctor. Is there anyone got hurt? Is there anyone need help? (Halo, saya dokter. Apakah ada yang terluka? Apakah ada yang butuh bantuan?)"

Suara itu terdengar berkeliling area sekitar. Lalu, sunyi. Orang-orang tertidur atau berbicara pelan sembari menunggu pagi, ditingkahi getaran gempa susulan. 

Baca Juga: Penjelasan BMKG soal Gempa 5,4 Magnitudo Guncang Maluku Utara-Sulawesi Utara Hari Ini

Jelang subuh, terdengar gema suara kapal besar di kejauhan. Orang-orang terbangun sambil mengucap syukur. 

Paginya, ribuan orang turun dari bukit dan berkumpul di area pantai di selatan, mengantri berdesakan menaiki fastboat atau kapal cepat Eka Jaya yang bersedia mengevakuasi keluar pulau. Turis asing berdesakan bersama warga dan pekerja. Tujuan mereka satu: secepatnya keluar dari pulau! 

Saat itu, video dan foto evakuasi ribuan warga dan turis yang berebutan naik ke fastboat yang dramatis juga ramai beredar di media sosial. 

Tak semua turis dan warga berhasil dievakuasi hari itu, lantaran kapal yang mengevakuasi pun terbatas. Mereka yang masih ada di pulau, bertahan di pantai hingga dievakuasi keesokan harinya. 

 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU