> >

Hampir Sepekan Krisis Air Bersih di Gili Trawangan, Warga Berjibaku Cari Sumber Alternatif

Bali nusa tenggara | 27 Juni 2024, 11:28 WIB
Seorang pekerja tampak memeriksa jerigen kosong untuk diisi air bersih dan tawar di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (27/6/2024). (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

GILI TRAWANGAN, KOMPAS.TV – Hampir sepekan sudah Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, tak merasakan aliran air bersih, Kamis (27/6/2024). 

Pipa-pipa air milik Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Amerta Dayan Gunung berhenti mengalirkan air tawar hasil desalinasi atau pengolahan dari air laut menjadi air minum ke kran-kran air di seantero Gili Trawangan milik warga, juga bisnis-bisnis pariwisata seperti hotel dan restoran.

Sejak Sabtu (22/6/2024) lalu, PT Tiara Cipta Nirwana, perusahaan swasta yang digandeng PDAM Amerta Dayan Gunung untuk melakukan produksi air bersih, menghentikan produksinya.

Produksi air bersih di pulau kecil yang menjadi destinasi wisata internasional ini terganjal izin pengeboran pipa bawah laut yang dituding menyebabkan pencemaran di perairan utara Gili Trawangan.

Dan sejak beberapa hari terakhir, warga dan para pelaku usaha sibuk mencari sumber air alternatif. Banyak warga dan para pelaku usaha beralih menggunakan air sumur untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, seperti untuk mandi dan mencuci.

Baca Juga: Krisis Air Bersih di Gili Trawangan, Ini Kata Para Pelaku Wisata

Mereka yang tak memiliki sumur, membeli air dari mereka yang memiliki sumur. Harga dibanderol mulai Rp4 ribu per jerigen ukuran 20-30 liter.

Jerigen-jerigen itu lalu diangkut menggunakan dongol atau delman pengangkut barang. Sekali angkut, satu dongol mampu membawa hingga 12 jerigen seukuran 30 liter dengan ongkos rata-rata Rp100 ribu per sekali angkut.  

Seorang kusir dongol atau delman pengangkut barang tengah mengisi jerigen-jerigen dengan air sumur di Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Rabu (26/6/2024). Sejak Sabtu (22/6/2024) lalu, Gili Trawangan mengalami krisis air bersih. (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

Supar, salah seorang kusir dongol, menyebut banyak para pelaku usaha menggunakan jasa dongol untuk mengangkut air.

“Semua di Trawangan cari air. Ini saya angkut air untuk hotel,” ujar Supar yang saat ditemui Kompas.tv tengah sibuk memuat jerigen air di Gili Trawangan, Kamis pagi (27/6/2024).

Sehari sebelumnya, ia bahkan sampai belasan kali mengangkut jerigen air untuk hotel yang sama. 

“Kemarin saja saya sampai 13 kali narik (mengangkut jerigen air),” ujar Supar.

Tetapi, air sumur yang payau dan terasa asin jelas tak layak minum. Air bersih dan tawar yang layak minum tetap harus ada. Sebab, air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia. Pasokan air minum dalam galon yang mengalami kenaikan harga pun dilaporkan diserbu warga.

“Semalam waktu kami beli air galon, rebutan. Harganya Rp30 ribu. Biasanya kan air isi ulang cuma Rp10 ribu per galon,” ujar Sudarsana, seorang pekerja hotel di Gili Trawangan.

Baca Juga: Imbas Pencemaran di Laut Gili Trawangan, Pengeboran Pipa PT TCN Dihentikan Sementara

Selain untuk minum, air tawar pun bisa digunakan sebagai air bilasan terakhir untuk mencuci peralatan untuk meminimalisir dampak korosif air asin yang mengandung garam. Membeli air tawar dari daratan utama terdekat di Lombok jadi pilihan sejumlah para pelaku usaha, kendati biayanya jelas lebih mahal.

Leo, seorang pekerja di salah satu restoran di Gili Trawangan mengungkap, air bersih dan tawar yang dibelinya dari Lombok terbilang tak mahal, hanya Rp7.000 per 1 kubik atau 1.000 liter. Namun, ongkos pengiriman air dalam tandon menggunakan boat atau perahu membuat biaya mendatangkan air tawar membengkak hingga hampir mencapai setengah juta rupiah.

“Airnya murah, hanya Rp21.000 per tiga kubik, tapi sewa boat dan bensin itu sampai sekitar Rp400 ribu,” tuturnya memerinci pada Kompas.tv.   

Sejumlah tandon air berukuran masing sekira 1.200 liter terlihat di pantai Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Kamis (27/6/2024). Sejak Sabtu (22/6/2024) lalu, Gili Trawangan yang menjadi destinasi wisata internasional mengalami krisis air bersih. (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

Kendati krisis air bersih masih melanda Gili Trawangan, tak semua pelaku usaha menyerah dan menutup usaha. Sebagian besar masih terus berupaya bertahan, berjibaku mencari sumber air alternatif, kendati harus merogoh kocek dalam-dalam. Lantaran, banyak para pekerja yang menggantungkan hidup dari usaha mereka. Apalagi, saat ini merupakan high season atau musim ramai tamu.

“Saya cuma tak ingin kita semua kehilangan dan merugi di high season ini,” ujar Sendi, sebut saja begitu, salah satu pemilik usaha akomodasi di Gili Trawangan. 

Ia, seperti seluruh warga dan para pelaku usaha lainnya berharap para pemangku kebijakan terkait dapat segera mencarikan solusi krisis air bersih di Gili Trawangan sesegera mungkin.

 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU