> >

Berawal dari Keprihatinan Tata Krama, Pria di Jogja Tawarkan Baca Novel Bahasa Jawa Gratis

Jawa tengah dan diy | 4 Juni 2024, 21:00 WIB
Bambang Saparyono (68) bersama sepeda pustaka miliknya, di kawasan Malioboro Yogyakarta, Selasa (4/6/2024). Ia menawarkan membaca novel berbahasa Jawa secara gratis. (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Setelah membahas tentang bukunya, Bambang pun memberikan pada George Quinn sebagai kenang-kenangan.

“Jadi ketika dia ke sini, saya ketemu, akhirnya saya kasih, saya sangat senang sekali. Dia seorang New Zealand, tapi dia pernah kuliah di Sastra Jawa UGM, dan sampai sekarang aktif menghidupkan Bahasa Jawa,” kenangnya.

Meski menulis novel berbahasa Jawa, Bambang mengaku tidak memiliki latar belakang pendidikan Sastra Jawa. Pensiunan pegawai dinas kesehatan itu merupakan lulusan Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM).

“Saya justru dari Farmasi UGM, dan S2 saya Management Pelayanan Kesehatan Dasar dari Mahidol University Thailand.”

Selama ia membuka taman baca gratis di lokasi itu, cukup banyak pengunjung kawasan Malioboro merespons. Tapi sebagian besar mereka hanya berswafoto di depan sepeda taman bacanya.

Meski demikian, selalu ada pegunjung yang tertarik untuk membaca karyanya di tempat itu. Mayoritas pembaca, menurut Bambang, bukan anak muda.

“Kalau responsnya pengunjung, kalau sekadar foto bukan main, mungkin karena aneh, banyak sekali kalau yang foto. Tapi yang baca juga ada meskipun tidak banyak, tapi tiap hari pasti ada.”

“Kalau yang baca di sini memang agak sepuh. Tapi yang beli ada yang muda ada yang sepuh,” tambahnya.

Harga tiga buku karyanya berbeda-beda. Untuk buku pertama dengan judul “Ati Dudu Watu” penerbit memasang harga Rp85 ribu. Kemudian buku kedua yang merupakan cerita sambungan dari buku pertama, yakni “Mekaring Kembang Tresno” dipatok seharga Rp 75 ribu, sedangkan buku ketiga yang merupakan kumpulan cerita pendek dihargai Rp65 ribu.

Novel berjudul “Ati Dudu Watu” bercerita tentang konflik rumah tangga pasangan muda yang telah ckup lama menikah namun belum dikaruniai anak.

Orang tua dari tokoh pria di novel tersebut ingin segera menimang cucu, dan tidak sabar menunggu, sehingga mereka menjodohkan anaknya dengan wanita lain.

“Akhirnya dinikahkan lagi si anak itu, tapi akhirnya justru menjadi banyak konflik di dalamnya. Buku  kedua itu lanjutannya. Ketika terjadi konflik menikah yang kedua, istri petama justru mengandung.”

“Tapi ini tidak diakui oleh bapaknya karena oleh dokter si bapak ini sudah pernah divonis bahwa spermanya lemah,” lanjutnya.

Seorang petugas Jagamaton di kawasan Malioboro, Yogyakarta, membaca buku novel karya Bambang secara gratis, Selasa (4/6/2024). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

Novel kedua yang berjudul Mekaring Kembang Tresno” menceritakan masa remaja anak dari pasangan suami istri tersebut yang beranjak remaja dan berpacaran dengan teman kuliahnya.

Selain tiga boku yang telah terbit, Bambang juga tengah menyiapkan karya lain yang merupakan cerita anak berbahasa Jawa. Buku itu ditulisnya setelah ada tiga pengunjung menanyakan buku cerita anak.

Buku cerita anak tersebut diberinya judul “Liburan Menyang Desa”, yang merupakan kisah-kisah masa kecilnya di daerah Ngemplak, Kabupaten Sleman.

“Saya pernah  ada tiga orang yang menanyakan buku cerita anak bahasa Jawa. Belum pesan buku, tapi ibu itu ingin ada bacaan Bahasa jawa untuk anaknya kelas 5.”

Saat ini buku itu sudah selesai ditulis, dan sudah dikirimkan ke penerbit. Amun ia masih menunggu hasil negosiasi dengan pihak penerbit.

“Tapi juga tergantung nanti istri saya yang menyediakan duit. Kabeh ragat dewe (semua dibiayai sendiri),” tuturnya.

Untuk sekali cetak dengan jumlah 50 eksemplar, Bambang harus menyiapkan anggaran sekitar Rp3 juta.

Keberadaan taman baca gratis tersebut di kawasan Titik Nol Kilometer Jogja tersebut juga mendapat apresiasi dari Agung, seorang petugas Jagamaton yang bertugas menjaga ketertiban di kawasan itu.

Menurutnya, selama kegiatan atau aktivitas di kawasan itu tidak berbayar dan tidak mengganggu pengunjung, tidak ada larangan. Terlebih kegiatan membaca buku grtais itu juga bermanfaat bagi pengunjung.

Seorang pedagang koran asongan sednag menata dagangannya di dekat sepeda pustaka milik Bambang, di kawasan malioboro, Yogyakarta, Selasa (4/6/2024). (Sumber: Kompas.TV/Kurniawan Eka Mulyana)

“Selama di sini tidak membebankan pembayaran, selama gratis itu tidak masalah,” kata dia.

“Kalau yang tidak boleh dilakukan di sini, di area nol kilometer itu adalah kawasan tanpa rokok. Asongan juga ada larangan. Kalau selama ini gratis dan dibaca di tempat, monggo, sekaligus menikmati suasana Jogja.”

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU