> >

Polisi Ungkap Penyebab Kecelakaan Maut di Subang, Kampas Menipis hingga Minyak Rem Tercampur Air

Jawa barat | 14 Mei 2024, 14:25 WIB
Mobil derek berusaha mengevakuasi bus yang terlibat kecelakaan di Desa Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Hingga Sabtu (11/5) malam, petugas gabungan dari BPBD, Polri, TNI dan Damkar masih mendata jumlah korban meninggal dunia dan korban luka-luka pada kecelakaan tersebut (Sumber: ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

SUBANG, KOMPAS.TV - Polda Jawa Barat (Jabar) mengungkapkan penyebab bus Trans Putera Fajar yang mengangkut rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok mengalami kecelakaan di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024).

Direktur Lalu Lintas Polda Jabar Kombes Pol. Wibowo membeberkan, berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) dengan Traffic Accident Analysis (TAA) yang melibatkan Dinas Perhubungan Jabar dan Kabupaten Subang, ditemukan sejumlah fakta.

Kombes Wibowo menuturkan, pihaknya menemukan hanya ada gesekan bus di aspal. Polisi tidak menemukan jejak pengereman di lokasi kejadian. 

Baca Juga: Sopir Kecelakaan Maut di Subang Jadi Tersangka, Terbukti Lalai Paksa Bus Berjalan Meski Rusak

Hal itu pun, kata Wibowo, telah diakui oleh sopir bus bernama Sadira yang kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus kecelakaan maut tersebut.

Menurut keterangan sang sopir, kata Wibowo, memang ada masalah pada pengereman sebelum perjalanan pulang menuju Depok.

Kepada polisi, Sadira mengaku sudah dua kali melakukan perbaikan rem bus yang dikemudikannya. Pada saat di Tangkuban Perahu, perbaikan dilakukan dengan memanggil montir. Kemudian, di Rumah Makan Bang Jul, perbaikan dilakukannya sendiri.

"Perbaikan dilakukan oleh kenek dan pengemudi atas sil (seal) yang dipinjamnya dari mobil lain,” kata Wibowo dalam rilis persnya yang dikutip pada Selasa (14/5/2024).

“Karena sil ini tidak sesuai ukuran, akhirnya tidak dilakukan pergantian dan tetap melakukan perjalanan hingga akhirnya terjadi kecelakaan." 

Wibowo menyebut, jarak antara kampas rem sudah 0,3 mm. Artinya, hal itu berada di bawah standar yang seharusnya minimal 0,45 mm. Selain itu, minyak rem juga sudah tercampur air.

Baca Juga: Saksi Kunci Kecelakaan Bus Pariwisata SMK Lingga Kencana di Subang Ditangkap Polisi, Ini Perannya

"Ditemukan juga kebocoran di dalam ruang relay part dan sambungan antara relay part dengan booster karena adanya komponen yang sudah rusak, sehingga saluran tidak tertutup rapat, menyebabkan kekurangan tekanan,” tutur Wibowo.

Lebih lanjut, Wibowo menjelaskan, pemeriksaan terhadap bus juga menemukan adanya campuran oli dan air di dalam kompresor. Padahal, seharusnya kompresor hanya berisi udara dari hasil pengembunan saja.

Kondisi kompresor tersebut mengalami demikian dipastikan karena adanya kebocoran oli. Selain itu, kondisi oli sudah keruh, yang artinya sudah lama tidak diganti. 

Adapun terkait dengan KIR atau uji kelayakan kendaraan bermotor, Wibowo menuturkan seharusnya selalu dilakukan perpanjangan dokumen oleh perusahaan otobus atau PO. Hal itu sudah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2015 Pasal 2 tentang uji KIR.

"Dokumen KIR kendaraan tersebut juga sudah kedaluwarsa. Dokumen KIR itu berlaku sampai dengan tanggal 6 Desember 2023," kata Wibowo.

Dengan demikian, Wibowo mengatakan, pihaknya menyimpulkan bahwa fakta-fakta yang ditemukan itulah menjadi penyebab utama kecelakaan maut yang menewaskan 11 orang. 

Baca Juga: Kisah Pelajar Korban Tewas Kecelakaan Subang, Kerja Jadi Kuli Angkut Pasir Demi Bisa Ikut Perpisahan

"Penyebab utama kecelakaan maut tersebut karena adanya kegagalan fungsi pada sistem pengereman bus tersebut," ucap Wibowo.

Sebelumnya diberitakan Kompas.tv, kecelakaan bus yang mengangkut rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok, Sabtu (11/5) pukul 18.45 WIB akhir pekan lalu.

Bus berpelat nomor AD 7524 OG itu diduga mengalami rem blong. Saat memasuki jalan menurun di daerah Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, bus tiba-tiba oleng ke kanan hingga menyeberang ke jalur berlawanan dan menabrak mobil Feroza bernomor polisi D 1455 VCD.

Setelah menabrak mobil Feroza, bus terguling. Posisi ban kiri berada di atas, lalu bus tergelincir hingga menghantam tiga sepeda motor yang terparkir di bahu jalan.

Bus terhenti usai menghantam tiang listrik di bahu jalan. Penumpang bus terlempar ke jalan. Akibat dari kecelakaan ini, 11 orang tewas, yang terdiri atas 9 siswa, satu guru, dan seorang warga.

Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) sementara, Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri Irjen Pol Aan Suhanan tidak menemukan jejak rem di lokasi kecelakaan maut pariwisata tersebut.

Baca Juga: Kesaksian Guru yang Duduk Dekat Sopir saat Kecelakaan di Subang: Bus Tabrak Mobil hingga Terguling

"Jadi, kalau kami lihat dari TKP yang ada, ini tidak ada jejak rem dari bus tersebut. Yang ada itu bekas ban, satu bagian, diduga itu ban kanan, ada beberapa meter di situ. Kemudian sampai akhir titik kejadian di depan sana menabrak tiang listrik," ujar Irjen Aan.

Namun, temuan hasil olah TKP itu perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan apakah penyebab peristiwa itu akibat rem blong atau ada faktor lainnya.

 

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU