Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Buruk, Masuk 3 Besar Dunia
Jabodetabek | 12 Mei 2024, 08:15 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kualitas udara di Ibu Kota Jakarta pada Minggu (12/5/2024) pagi mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data terkini dari situs pemantau kualitas udara IQAir pukul 7.26 WIB, Jakarta menempati posisi kedua sebagai kota dengan udara terkotor di dunia.
Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta tercatat 160, hanya satu tingkat di bawah Delhi, India yang mencapai 191. Angka tersebut mengindikasikan bahwa udara Jakarta berada dalam kategori tidak sehat bagi masyarakat.
Konsentrasi partikulat halus PM2.5 di udara mencapai 68.5 mikrogram per meter kubik, jauh melebihi batas aman yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Paparan PM2.5 yang terlalu tinggi dapat memicu berbagai gangguan kesehatan seperti penyakit pernapasan, kardiovaskular, hingga kanker.
Baca Juga: Pantauan Udara Banjir yang Rendam 2 Kecamatan di Sidrap, Sulsel
Kondisi serupa juga dialami kota-kota besar lain di Indonesia seperti Tangerang Selatan (174 AQI), Bandung (170 AQI), dan Surabaya (154 AQI) yang masuk kategori tidak sehat.
Masyarakat diimbau untuk membatasi aktivitas di luar ruangan, menggunakan masker saat berpergian, serta menutup jendela rumah untuk menghindari masuknya udara kotor.
Meski demikian, dikutip dari Antara, data Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menunjukkan indeks PM2.5 di kisaran 70-88 yang masih tergolong sedang. Namun, tingkat ini tetap dapat berdampak negatif bagi tanaman yang sensitif.
Memasuki musim kemarau, kondisi ini diperkirakan akan semakin memburuk. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan puncak musim kemarau di Jakarta akan terjadi pada Juni 2024, bersamaan dengan peningkatan polusi udara.
Baca Juga: Mabuk, Mahasiswa Tabrak Lari Petugas Kebersihan di Malang
Koordinator BMKG Albert Nahas mengungkapkan fenomena iklim global seperti El Nino, La Nina, dan Dipole Mode turut memengaruhi konsentrasi polutan di wilayah Indonesia, termasuk Jakarta. La Nina khususnya berperan dalam fluktuasi PM2.5, dengan konsentrasi cenderung tinggi pada malam dan pagi hari.
"Fenomena iklim global bisa mempengaruhi iklim di Indonesia yang juga berakibat ke kondisi PM2.5," jelas Albert.
Penulis : Danang Suryo Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV