> >

Terungkap Penyebab JND Bunuh Satu Keluarga di Penajam, Awalnya Berniat Mencuri untuk Tebus Ponsel

Kalimantan | 8 Februari 2024, 22:53 WIB
Polisi merilis kasus pembunuhan satu keluarga di Babulu, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (6/2/2024). (Sumber: TRIBUNKALTIM.CO/NITA RAHAYU)

PENAJAM PASER UTARA, KOMPAS.TV - Polisi mengungkap penyebab remaja berinisial JND nekat membunuh satu keluarga beranggotakan lima orang di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada Selasa (6/2/2024).

Diketahui, satu keluarga yang tewas dibunuh JND tersebut terdiri atas ayah bernama Waluyo dan istrinya Sri Winarsih, serta ketiga anak mereka masing-masing berinisial RJS (15), VDS (11), dan terakhir ZAA (3).

Kapolres Penajam Paser Utara AKBP Supriyanto mengatakan, niat awal pelaku JND menyatroni rumah satu keluarga yang dibunuhnya itu karena hendak mencuri.

Baca Juga: Sekeluarga yang Dibunuh di Penajam Dikubur 1 Liang Lahad, Tangis dan Pekik Takbir Warnai Pemakaman

Hal itu dilakukan agar pelaku JND bisa menguasai harta benda milik korban berupa uang untuk kemudian digunakan menebus handphone (HP) atau ponsel miliknya yang sedang diservis karena rusak. 

Supriyanto menuturkan, pembicaraan mengenai ponsel pelaku yang sedang diservis itu dilontarkan oleh pelaku JND kepada temannya sewaktu mereka meminum minuman keras.

Saat itu, kata Supriyanto, pelaku JND merasa gundah karena tidak memiliki cukup uang untuk menebus ponselnya yang sedang diperbaiki.

"Malam hari pelaku bersama satu temannya sedang minum-minuman keras. Pada saat mabuk ada pembicaraan bahwa pelaku punya tanggungan untuk menebus HP yang sedang diservis,” kata Supriyanto dikutip dari Tribunnews.com.

“Terkait hal tersebut, pelaku menyatroni rumah korban (untuk mencuri).”

Karena memilki niat mencuri, pada malam harinya setelah pulang dari mabuk bersama temannya, JND pun mendatangi rumah korban yang hanya berjarak 25 meter dari rumahnya.

Baca Juga: Usai Bunuh Satu Keluarga dan Perkosa Mayatnya, Pelaku Curi Uang Rp350 Ribu dan 3 Ponsel Korban

Dari sanalah peristiwa pembunuhan terhadap satu keluarga Waluyo dimulai. Supriyanto mengatakan, untuk melancarkan aksinya, pelaku JND mematikan aliran listrik rumah korban. 

"Pada saat masuk ke rumah korban, listrik dimatikan,” ucap Supriyanto.

Setelah itu, pelaku JND mulai beraksi masuk ke rumah korban dalam keadaan gelap gulita. Ketika mengendap-endap di rumah tetangganya itu, tiba-tiba Waluyo masuk ke dalam rumahnya sepulang dari rumah orang tuanya.

“Saat itu ayah di luar, pelaku masuk ke rumah, tiba-tiba bapaknya masuk rumah. Pelaku panik dan langsung menimpas (membacok) kepala bapaknya," ucap Supriyanto.

"Ibunya bangun, kemudian ditimpas (dibacok). Anaknya bangun juga (dibacok). Kelima korban yang jadi korban.”

Setelah membunuh satu keluarga tersebut, pelaku JND kemudia mencuri tiga unit ponsel dan uang Rp353 ribu milik korban.

Baca Juga: Pengakuan Pembunuh Sekeluarga di Penajam saat Diinterogasi, Akui Perkosa Mayat Eks Pacar dan Ibunya

"Jadi selesai melakukan pembunuhan, dia mengambil handphone dan uang korban sebesar Rp353 ribu,” kata Supriyanto.

Setelah melancarkan aksinya membunuh kelima korban dan mencuri barang berharga miliknya, pelaku kemudian berusaha menghilangkan jejak dengan membuat suatu alibi.

Adapun alibi yang dibangun oleh remaja berusia 16 tahun itu, yakni dengan mengaku sebagai saksi mata kasus pembunuhan tersebut.

Menurut Supriyanto, pelaku JND usai melakukan pembunuhan dan pencurian langsung pulang ke rumah untuk berganti pakaian. 

Setelah itu, ia mengajak kakaknya ke rumah Ketua RT setempat dan mengadukan peristiwa pembunuhan terhadap tetangganya itu.

“Tersangka mengajak kakaknya ke Pak RT untuk melapor terkait adanya kasus pembunuhan ini. Ia beralibi kalau pelakunya bukan dia,” ucap Supriyanto.

Baca Juga: Motif Remaja Bunuh Satu Keluarga di Penajam, Asmara Tak Direstui hingga Dendam karena Hal Sepele

Di rumah Ketua RT, JND menceritakan bahwa dirinya sempat melihat pelaku pembunuhan terhadap satu keluarga tersebut.

Menurut pengakuan JND, pelaku pembunuhan tersebut berjumlah 3 sampai 10 orang. Setelah itu, Ketua RT yang mendapatkan informasi tersebut langsung melapor ke polisi.

Polisi yang mendapat laporan tersebut kemudian menindaklanjuti dengan memeriksa JND sebagai saksi. Dari hasil pemeriksaan dan dicocokkan dengan olah tempat kejadian perkara atau TKP, polisi mendapati kejanggalan.

Polisi menilai bahwa keterangan yang disampaikan oleh JND tidak masuk akal. Setelah didalami lebih jauh, JND akhirnya mengakui bahwa dirinyalah yang menghabisi nyawa satu keluarga tersebut.

“Dia awalnya beralasan bahwa ia membantu korban karena pelakunya lebih dari tiga orang. Namun, setelah olah hasil TKP, bukti berupa parang dan baju berlumuran darah yang tersisa mengarah kepada pelaku,” tutur Supriyanto.

Baca Juga: Sebelum Bunuh Satu Keluarga di Penajam Paser Utara, Pelaku Remaja 16 Tahun Mabuk dengan Temannya

 

 

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV/Tribunnews.com


TERBARU