PTPN I Regional 7 Digitalisasi Operasional hingga Lini Lapangan
Sumatra | 11 Desember 2023, 07:42 WIB“Kalau selama ini kita mengatur baris dan jarak tanam pakai teodolit lalu ditarik tali panjang, baru ditandai posisinya, dengan Geodetik ini sudah secara digital. Soal jarak dan kelurusan itu bukan perkara sederhana. Ini penting ke depan untuk urusan pemeliharaan, sensus digital, pemupukan, sampai kemudahan proses panen. Jadi, tidak boleh asal-asalan,” kata dia.
Pada teknologi panen, Budi juga menyorongkan beberapa inovasi yang telah dilakukan. Moda pengumpulan TBS dari ketika dipanen hingga dikumpulkan ke hancak yang selama ini dilakukan secara manual tenaga manusia, kini mulai dirintis sistem mekanisasi. Budi mengaku baru mencoba satu rangkaian mesin transporter yang terdiri dari lima unit untuk pekerjaan pengumpulan hingga menaikkan TBS ke truk.
“Kami mulai menggunakan mekanisasi pengumpulan TBS di kebun. Ada lima alat yang bekerja secara paralel. Yakni, fruit grabber, scrissor lift, traktor, truck with aron roll dan bin, arm roll, dan truk. Lima alat ini dioperasikan oleh dua orang dengan kapasitas kerja yang jauh lebih cepat dari tenaga kerja manual,” kata Budi.
Dengan berbagai pembaruan dan pendekatan teknologi digital, Budi meyakini masa depan PTPN I Regional 7 akan jauh lebih baik. Sebab, kata dia, beberapa simpul yang saat ini telah diendors dengan digital farming ini merupakan aspek-aspek yang selama ini cukup menjadi beban dan permasalahan dalam operasional.
D-Farming Karet
Linier dengan penerapan digital farming pada sawit, di komoditas karet juga sudah dimulai. SEVP Operation PTPN I Regional 7 Wiyoso menyampaikan, setidaknya ada tiga aspek operasional lini lapangan di komoditas karet yang saat ini sudah mulai dijalankan. Beberapa pos operasional dijadikan prioritas.
Pos pertama adalah pada penerimaan pembelian karet. Wiyoso mengatakan, pos ini cukup krusial karena menyangkut kepercayaan dan reputasi perusahaan. Lebih dari itu, potensi terjadinya deviasi dari yang seharusnya cukup besar.
“Kami menggunakan alat ukur berupa timbangan yang terhubung secara real time dengan pencatatan yang presisi. Jadi, ketika bokar (bahan olah karet) pembelian datang, dicek dan disortir dengan cara dibelah, kalau dinyatakan layak langsung ditimbang. Angka pada timbangan itu sudah menjadi laporan awal yang valid dan ter-record pada semua sistem,” kata dia.
Masih menyangkut alat ukur timbangan, digitalisasi juga sudah diterapkan di kebun. Seluruh timbangan yang digunakan di setiap stasiun pengumpulan lateks (STL), setiap getah yang disetor penyadap akan ditimbang dengan timbangan yang dilengkapi dengan wi-fi dan terhubung dengan kantor sistem di Kantor Sentral.
“Kantor Sentral secara realtime sudah mendapat laporan dari timbangan yang sedang digunakan di STL. Jadi, nggak ada lagi manipulasi data, misalnya ada 60 kilo dicatat hanya 55 kilo, begitu. Angka ini nanti juga akan mengkonfirmasi ketika getah ini sampai pabrik,” kata dia.
Selanjutnya, yang tak kalah krusial bagi proses penggalian produksi komoditi karet adalah soal kehadiran para pekerja. Wiyoso mengatakan, operasional penggalian produksi secara keseluruhan telah direncanakan melalui Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang kemudian dibagi kepada setiap unit kerja. Oleh karena itu, faktor kehadiran penyadap yang kurang tertib sangat mempengaruhi produktivitas sehingga berpotensi tidak mencapai RKAP.
“Faktor kehadiran penyadap ini sangat menentukan pencapaian produksi. Oleh karena itu, kami merasa sangat perlu untuk mendisiplinkan presensi atau pencatatan kehadiran tanpa manipulasi. Kami gunakan sistem digital untuk soal ini yang bisa dipantau juga secara realtime,” tambah dia.
Namun demikian, Wiyoso menyatakan secanggih apapun alat dan sistem yang digunakan, pada akhirnya tetap ditentukan oleh faktor manusia. Ia mengingatkan kepada semua level pimpinan di PTPN I Regional 7 untuk terus mengawal dan mengawasi penggunaan sistem ini agar berjalan dengan semestinya.
Penulis : KompasTV-Pontianak
Sumber : Kompas TV