UIN Banten Ulas Hubungan Sejarah Kesultanan Banten dan Demak, Begini Pesan Moral dan Historisnya
Banten | 31 Oktober 2023, 03:40 WIBKOTA SERANG, KOMPAS.TV - Mengulas hubungan sejarah Banten dan Demak pada abad 16-17 mengungkap pesan historis dan moral.
Pernyataan tersebut diungkapkan Sejarawan Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin (UIN SMH) Banten, Mufti Ali pada kegiatan Focused Group Discussion (FGD) bertajuk “Hubungan Sejarah Banten dan Demak pada Abad 16-17” di Kampus 2 UIN Banten, Kota Serang, Senin (30/10/2023).
Mufti Ali menjelaskan, dalam mengulas bahasan topik tersebut tidak hanya mempelajari sejarah an sich maupun kesadaran publik semata, melainkan juga terdapat pesan pelajaran moral.
Baca Juga: Muda Banten Kreatif Dukung Gibran Rakabuming Jadi Bacawapres 2024
Menurut Guru besar (professor) dalam bidang ilmu Sejarah Pemikiran Islam ini, pesan pelajaran moral itu tak lain adalah terkait dengan sikap.
Yakni sikap berupaya mengembalikan kejayaan perdagangan Kesultanan Banten dan Demak pada abad tersebut.
“Kita tidak hanya mempelajari sejarah an sich, tapi ada pelajaran moral yang dapat kita ambil dari sini. Misalnya sikap-sikap seperti kita harus kembalikan kejayaan perdagangan pada abad itu,” ujar Mufti, yang juga Wakil Rektor 1 UIN SMH Banten.
Oleh karena itu, Mufti menambahkan, sikap entrepreneurship (kewiraswastaan), mau berdagang, mau berjaya dalam perdagangan menjadi pengingat bahwa pada jaman kesultanan dahulu perdagangan di Banten itu berjaya.
“Ciri khas dan identitas Keislaman sejak jaman kesultanan Banten dan Demak tetap kita lestarikan, tetapi sikap entrepreneurship (kewiraswastaan) ini sebagai pengingat kepada masa kejayaan Banten dan Demak,” imbuhnya.
Di samping pesan pelajaran moral, seorang tokoh masyarakat asal Demak, Jawa Tengah, Purwono Widodo mengungkap pesan historis dari ulasan sejarah hubungan Banten dan Demak pada abad itu.
Menurut Purwono, pada masa itu, adanya pernikahan putri Sultan Trenggono (Nyi Ageng Ratu Kirana) dari Demak dengan Maulana Hassanuddin dari Banten menjadikan hubungan kekeluargaan Kesultanan Demak dan Kesultanan Banten bertambah erat.
"Banten dan Demak menyatu sebagai keluarga besar yang turun temurun hingga sekarang," kata Purwono.
Baca Juga: 19 Siswa di Lebak Banten Diduga Keracunan Usai Sarapan Nasi Uduk di Dekat Sekolah
Selain itu, lanjut pria yang kini menjabat Direktur Utama (Dirut) PT. Krakatau Steel, Tbk, Banten dan Demak merupakan pusat perdagangan dan bisnis ketika itu.
Karena keduanya memiliki pelabuhan perdagangan yang strategis dan kesamaan wilayah persebaran Islam terkemuka di Indonesia.
“(dalam sejarahnya) Banten dan Demak merupakan pusat perdagangan dan bisnis. Karena keduanya memiliki pelabuhan perdagangan yang strategis serta kesamaan wilayah persebaran Islam terkemuka di Indonesia,” tuturnya, menegaskan.
Antropolog UIN Banten, MA.Tihami menambahkan, ahli sejarah menyebutkan bahwa Demak-Banten telah terhubung sejak abad ke-16.
Kemudian diketahui orang-orang (pasukan) Demak bermigrasi dan menetap di Banten.
Mereka tidak kembali ke Demak dan semakin menunjukkan perkawinan (fusi) dua kebudayaan tersebut.
"Bahkan boleh jadi kawin-mawin antara orang Demak dengan orang Banten memberikan keturunan yang membentuk “etnik” baru, orang Banten," ujar Tihami yang juga Guru Besar UIN Banten.
Menurut Tihami, inilah yang dimaksud migrasi orang Demak. Baik secara fisik maupun kebudayaan.
"Secara fisik terjadi pelarutan yang memunculkan “etnik” baru, dan secara kebudayaan mengakibatkan terjadinya fusi kebudayaan, menjadi kebudayaan baru," imbuhnya.
Baca Juga: Pengadilan Tinggi Banten Salurkan Bantuan Air Bersih untuk Warga Terdampak Kekeringan - MA NEWS
Rektor UIN SMH Banten, Wawan Wahyuddin mengatakan, acara ini dilaksanakan atas kerja bareng pihaknya bersama organisasi masyarakat Paguyuban Warga Banten (Puwnten) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Krakatau Steel, Tbk.
"Kegiatan ini menjadi jembatan untuk terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk dunia usaha dan industri. Karena ke depan kita siapkan Fakultas Adab dan Humaniora, serta teknologi," ujarnya.
Kegiatan itu dihadiri Sejarawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Usep Abdul Matin, Arkeolog Universitas Tirtayasa (Untirta) Banten Moh Ali Fadillah, dan sejumlah peserta dari berbagai kalangan.
Penulis : Deni-Muliya
Sumber : Kompas TV