> >

Marak Pernikahan Dini dan Kehamilan Anak, Bupati Gunungkidul: Dampak Buruk Medsos

Jawa tengah dan diy | 2 Agustus 2023, 05:15 WIB
Bupati Gunungkidul Sunaryanta saat berada di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Gunungkidul Jumat (23/4/2021). Sunaryanta menyebut bahwa media sosial menjadi salah satu faktor tingginya pernikahan dini dan kehamilan usia anak di kabupaten tersebut. Ia pun meminta orang tua untuk mengawasi anaknya ketika menggunakan gawai. (Sumber: Kompas.com/Markus Yuwono)

WONOSARI, KOMPAS.TV - Bupati Gunungkidul Sunaryanta menyebut bahwa media sosial menjadi salah satu faktor tingginya pernikahan dini dan kehamilan usia anak di kabupaten tersebut. Ia pun meminta orang tua untuk mengawasi anaknya ketika menggunakan gawai.

"Berdasarkan kajian, dampak buruk dari medsos ada sekitar 45 persen terhadap terjadinya kasus pernikahan dini atau anak hamil duluan," kata Sunaryanta saat mengunjungi Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Selasa (1/8/2023).

Sunaryanta mengakui bahwa tingkat pernikahan dini di Kabupaten Gunungkidul tergolong tinggi. Pada 2022, tercatat 182 kasus pernikahan dini. Sedangkan pada 2023, hingga bulan Juli, sudah ada 97 kasus.

"Dari jumlah ini (97) ada 33 anak atau remaja yang posisinya sedang mengandung," kata Sunaryanta sebagaimana dikutip Kompas.com.

Baca Juga: Jokowi Tanggapi soal Tingginya Pernikahan Dini: Harus Siap Lahir dan Batin

Sunaryanta pun mengajak orang tua untuk mengoptimalkan upaya pencegahan pernikahan dini. Ia menyebut pemerintah kabupaten telah meluncurkan banyak program pencegahan pernikahan dini yang menyasar banyak kapanewon dan kalurahan.

Sunaryanta khawatir bahwa tingkat pernikahan dini di Gunungkidul akan memengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) jika terus dibiarkan.

"Bersama-sama menumbuhkan motivasi kepada anak untuk memiliki mimpi atau cita-cita serta berusaha mewujudkan impian tersebut menjadi kenyataan," kata Sunaryanta.

"Saya sampaikan di setiap pertemuan dengan warga agar itu menyukseskan gerakan anti-pernikahan dini di Gunungkidul," lanjutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty menegaskan bahwa tingkat pernikahan dini terkait dengan stunting. Selain berisiko dari segi kesehatan reproduksi, pernikahan dini juga dapat menimbulkan dampak lain seperti masalah sosial dan ekonomi.

"Pencegahan pernikahan dini juga menjadi bagian dari mencetak generasi unggul," kata Dewi.

"Kalau stunting, maka akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak-anak di masa depan," lanjutnya.

Baca Juga: 2.739 Anak Jadi Kasus Kekerasan Seksual, Pelaku Orang Terdekat


 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas.com


TERBARU