Harga Tanah di Jogja Kian Mahal Bikin Warga Tak Punya Rumah, Sultan: 3 KK dalam 1 Rumah Juga Bisa
Jawa tengah dan diy | 7 April 2023, 02:00 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X berpendapat bahwa kenaikan harga tanah di Yogyakarta adalah akibat dari orang-orang di luar DIY yang membeli tanah tanpa proses tawar-menawar.
Sultan menyebut hal itu juga membuat orang asli Yogyakarta tidak memiliki rumah.
“Lha gimana, wong teman-teman Jakarta kalau beli tanah ora ngenyang e (tidak menawar). Ya harga makin tinggi, orang Jogja-nya nggak punya rumah,” kata Sultan di Kota Yogyakarta, Kamis (6/3/2023), seperti dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga: Pesan Sri Sultan ke Pengusaha jelang Lebaran: THR Wajib Tepat Waktu, Utuh, Tidak Dicicil
Akibat jual beli tanah yang makin marak, Sultan mengatakan bahwa sekitar 200 hektar lahan di DIY beralih fungsi menjadi permukiman atau fasilitas publik per tahun.
“Kita lama-lama mepet laut selatan sama mepet Merapi,” tutur dia.
Salah satu alih fungsi tanah di Yogyakarta adalah pembangunan tol. Pembangunan tol ini melibatkan pembebasan lahan warga. Sultan bilang, bagi warga yang terdampak tol agar dapat mengatur pengeluaran.
Menurutnya, akan lebih baik uang hasil pembebasan lahan itu digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup.
“Punya duit banyak, karena tidak pernah lihat, habis dikonsumsi. Dalam arti, hanya beli mobil enggak bisa di-maintenance untuk hidup lebih baik sejahtera,” katanya.
Baca Juga: Mudik Ala Sultan dengan Kereta Istimewa, Tarif Rp190 Juta, Bebas Mampir Kota Lain untuk Kulineran
Soal masyarakat DIY yang tidak memiliki rumah, Sultan mengatakan bahwa masyarakat DIY guyub rukun dan tidak keberatan tinggal di satu rumah dengan keluarga yang lain.
Dia menyebutkan bahwa satu rumah bisa dihuni oleh tiga kepala keluarga dan hal itu tak jadi masalah.
“Lho, sebetulnya gini, masyarakat kita ini guyub. Dalam arti, biarpun itu rumah waris, kalau punya anak, tiga kepala keluarga di situ semua kan juga bisa,” ucap Sultan.
Sultan juga mengeklaim, tidak ada satu keluarga atau kakak beradik di Yogyakarta yang berseteru dan saling usir perkara rumah warisan.
“Enggak pernah ada kakak beradik, (bilang) 'ini hakku, adik saya keluar.' Kan nggak gitu,” pungkasnya.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas.com