Mengapa Gempa Cianjur yang Berkekuatan M 5,6 Sebabkan Kerusakan Parah? Ini Penjelasan BMKG
Peristiwa | 21 November 2022, 16:23 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menjelaskan mengapa gempa Cianjur dengan magnitudo 5,6 pada Senin (21/11/2022), menyebabkan kerusakan parah.
Daryono mengatakan bahwa wilayah di Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, dan Bandung merupakan wilayah yang secara tektonik adalah kawasan seismik aktif dan kompleks.
“Disebut seismik aktif karena monitor BMKG menunjukkan kawasan ini memang sering terjadi gempa. Peta aktivitas seismik sekitar juga menunjukkan bahwa kawasan ini memang sering terjadi gempa dengan variasi magnitudo dan kedalaman,” jelas Daryono dalam konferensi pers, Senin.
Baca Juga: Tertimpa Bangunan, Kapolres Cianjur Konfirmasi Ada 1 Orang yang Meninggal Dunia
Terkait dengan kompleksitas, kata dia, wilayah tersebut juga merupakan daerah dengan jalur gempa yang cukup aktif. Hal ini dikaitkan dengan banyaknya patahan geser aktif atau sesar, di kawasan tersebut.
Sesar itu di antaranya Sesar Cimandiri, Sesar Padalarang, Sesar Lembang, Sesar Cirata, dan sesar-sesar minor lainnya.
“Jadi, kompleksitas tektonik ini berpotensi memicu terjadinya gempa kerak dangkal. Ini menjadikan kawasan tersebut rawan gempa secara permanen,” jelas Daryono.
Baca Juga: Update Gempa Cianjur, BNPB: 14 Orang Meninggal Dunia
Salah satu karakteristik gempa kerak dangkal adalah kerusakan yang ditimbulkan, meski kekuatan gempa tidak terlalu besar.
“Gempa berkekuatan magnitudo 5 saja bisa menimbulkan kerusakan yang signifikan.”
Berdasarkan catatan BMKG, wilayah Cianjur dan sekitarnya memang kerap mengalami gempa dangkal dengan kekuatan yang tak terlalu besar, tetapi menimbulkan kerusakan yang cukup parah.
Sejarah gempa menunjukkan bahwa Sesar Cimandiri maupun Sesar Citarik sama-sama sudah beberapa kali memicu terjadinya gempa merusak di wilayah tersebut.
Baca Juga: Catat! Ini Nomor WhatsApp Kapolres Cianjur, Hubungi untuk Bantuan Evakuasi dan Info Pengungsian
Catatan yang paling lama diawali dengan gempa yang terjadi tahun 1844, kemudian tahun 1910, 1912, 1968, hingga tahun 2000-an.
“Terakhir adalah gempa merusak adalah 12 Juli 2000 kekuatan 5,1. Menyebabkan lebih dari 1.900 rumah mengalami rusak berat,” papar Daryono.
Parahnya kerusakan yang ditimbulkan gempa ini juga diikuti dengan padatnya pemukiman sehingga sulit bagi masyarakat untuk menghindari bangunan.
Penulis : Fiqih Rahmawati Editor : Edy-A.-Putra
Sumber : Kompas TV