Waspadai Serangan Ubur-Ubur di Pantai Selatan Yogyakarta saat Udara Dingin Musim Kemarau
Berita daerah | 2 Juli 2022, 04:45 WIBYOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Tim SAR mengimbau wisatawan yang berkunjung ke pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mewaspadai serangan ubur-ubur. Pasalnya, ubur-ubur disebut kerap muncul ke pesisir pantai saat udara dingin.
Hal ini seiring dengan prediksi Badan Meteorologi dan Geofisika yang menyatakan bahwa cuaca malam hari di DIY lebih dingin hingga September 2022.
“Memang ada kemungkinan ubur-ubur mendarat pada Juli sampai Agustus dan biasa muncul setiap tahun, terutama di wilayah pesisir pantai saat udara dingin,” ujar Koordinator SAR Satlinmas Wilayah 3 Bantul Muhammad Arief Nugroho, Jumat (1/7/2022).
Ia menyebutkan, ubur-ubur yang sering muncul ke permukaan adalah jenis yang menyengat. Oleh karena itu, ia meminta wisatawan berhati-hati saat berwisata ke pantai, termasuk tidak menyentuh atau menginjak benda asing seperti jeli yang berada di wilayah pesisir.
Baca Juga: Gelombang Besar Ubur-Ubur Sumbat Saringan Pembangkit Listrik Di Israel
Selain potensi serangan ubur-ubur, gelombang tinggi juga berpotensi terjadi di wilayah pesisir Yogyakarta. Wisatawan diminta mematuhi rambu-rambu di pantai, termasuk tidak nekat mandi atau berenang ketika gelombang laut tinggi.
Sebelumnya, Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) Sleman Reni Kraningtyas memaparkan tiga faktor penyebab udara di Yogyakarta terasa dingin, sekalipun sudah memasuki musim kemarau.
Pertama, cuaca cerah pada malam hari mengakibatkan gelombang panjang dari bumi terlepas ke atmosfer dengan sempurna karena tidak ada awan yang menahan atau menghalangi.
Kedua, saat ini Australia memasuki musim dingin, sehingga letak Jawa yang relatif dekat dengan Australia dipengaruhi oleh embusan udara dingin dengan kelembaban udara rendah dari Australia.
Baca Juga: Fenomena Migrasi Ubur-Ubur di Pantai Utara Probolinggo
Terakhir, posisi matahari pada Juni berada di paling utara belahan bumi utara sehingga intensitas matahari yang diterima di Yogyakarta lebih rendah dibandingkan saat matahari berada di belahan bumi bagian selatan.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV