> >

Saran Mantan Napiter Kasus Bom Bali yang Sudah Tobat tentang Penanganan Terorisme

Sosial | 13 Maret 2022, 18:43 WIB
Pelatihan Islam Washatiyah dan Filontropi Islam yang digelar oleh Pusat Studi ISAIs UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, di Hotel @HOM Premiere Timoho, Minggu (13/3/2022). (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Para mantan pelaku tindak pidana terorisme yang dibiarkan hidup dan menjalani hukuman serta pembinaan, dinilai akan lebih bermanfaat.

Mantan narapidana kasus terorisme (napiter), Joko Triharmanto, yang dikenal dengan nama Jack Harun, menungkapkan hal itu, Minggu (13/3/2022).

“Mereka yang hidup dan dibawa ke pengadilan itu bermanfaat, suruh cerita, seperti saya. Harapan kami, pelaku yang sudah sadar bisa seperti saya, kembali ke masyarakat. Bisa menceritakan,” ucapnya saat menjadi pemateri di Pelatihan Islam Washatiyah dan Filontropi Islam yang digelar oleh Pusat Studi ISAIs UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, di Hotel @HOM Premiere Timoho, Minggu.

Jack yang dulunya sangat antipemerintah, kini dalam beberapa kesempatan menyatakan dukungannya terhadap NKRI dan berbagai program pemerintah.

Baca Juga: Pengumpulan Dana untuk Kegiatan Terorisme Merupakan Tren yang Berpola

Pria yang saat ini memiliki usaha warung soto tersebut mengaku sejak SMP sudah memiliki bibit radikalisme. 

Kemudian, saat kelas dua SMA, bibit terorisme semakin muncul, dan dirinya dibaiat menjadi warga lembaga teroris.

“Waktu itu saya masih umur SMP sudah melihat media, kemudian saat kelas dua SMA sudah betul-betul dibaiat menjadi warga dari lembaga atau dari paham teroris tersebut.”

“Itu menjadi bukti bahwa di Jogja ini tidak bisa kita katakan nol,” tambahnya.

Pria yang bertugas mengatur waktu atau timer pada peledakan bom Bali pertama ini, juga menjelaskan, diperlukan sinergitas untuk menangani kasus terorisme.

Jack menceritakan, dirinya pernah bersilaturahmi ke Balai Pemasyarakatan (Bapas) Yogyakarta, dan menyampaikan bahwa ada sejumlah napiter yang telah bebas.

“Waktu itu saya sempat silaturahmi ke Bapas Yogyakarta, saya sampaikan harus hati-hati karena di Jogja itu sudah ada beberapa kasus terorisme. Tapi dikatakan, tidak ada, Mas. Jogja ini nol.”

Mendengar jawaban itu, dia pun menyodorkan data yang dimilikinya bahwa ada sekitar 13 hingga 15 eks napiter yang telah bebas di Yogyakarta.

“Begitu saya sodorkan data dari Polda, di Jogja itu ada minimal 13 atau 15 yang sudah bebas.”

“Ini bukti bahwa semua pihak harus bersinergi, pemerintah kota/kabupaten, aparat di Jogja, karena semua informasi harus satu dan harus semua mengetahui,” imbaunya.

Dalam kegiatan itu, murid dokter Azhari dan Dulmatin ini juga menyebut bahwa jumlah anggota kelompok terorisme yang belum tertangkap saat ini cukup banyak.

Baca Juga: Mantan Napiter Ungkap Besarnya Biaya Aksi Terorisme hingga Standar Pakaian Bermerek yang Dikenakan

Bahkan di Indonesia mencapai ribuan orang.

“Yang tidak tertangkap pasti banyak, teori-teori seperti gunung es atau apa itu, yang tidak tertangkap lebih banyak.”

“Seperti saya, di JI atau NII, yang tertangkap paling berapa, bom Bali berapa. Yang tidak tertangkap, ratusan atau bahkan ribuan warga di Indonesia ini,” tegasnya.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU