Nasib Warga Kampung Miliarder Tuban, Dulu Beli-beli Kini Jual Sapi
Viral | 26 Januari 2022, 16:54 WIBTUBAN, KOMPAS.TV- Warga kampung miliarder di Tuban saat ini hanya bisa gigit jari. Setelah uang ganti rugi habis, mereka mulai mencari cara untuk bertahan hidup. Salah satunya, sampai menjual sapi.
Warga Desa Sumurgeneng, Wadung, dan Kaliuntu Kecamatan Jenu Tuban saat ini tidak punya lahan lagi yang bisa ditanami. Lahan milik mereka sudah dibeli Pertamina Grass Root Refinery (GRR) Tuban pada tahun lalu.
Saat mendapat ganti rugi itu lah, nama kampung miliarder di Tuban viral. Bagaimana tidak, Warga desa di wilayah Kecamatan Jenu mendapat uang ganti rugi lahan melalui proses penetapan konsinyasi di Pengadilan Negeri (PN) Tuban. Nilai ganti rugi proyek kilang ini mencapai Rp 211,9 triliun dan membebaskan lahan seluas 811,9 hektare.
Baca Juga: Warga Kampung Miliarder Tuban Tagih Janji ke Pertamina, Ini 5 Tuntutan yang Harus Dipenuhi
Warga kampung miliarder pun mulai menggunakan uangganti rugi miliaran rupiah untuk berbelanja. Sempat diberitakan, satu kampung membeli mobil-mobil baru.
Tapi itu dulu. Kini, mereka mulai berpikir bagaimana mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari.
Musanam, misalnya, warga Desa Wadung yang merasa menyesal sudah menjual tanah dan rumahnya ke PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PT PRPP) setahun lalu.
Laki-laki berusia 60 tahun itu terpaksa menjual tiga ekor sapi ternaknya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ia tidak memiliki penghasilan karena tidak ada panen lagi setelah lahan habis terjual.
Baca Juga: Pengakuan Warga Kampung Miliarder Tuban yang Menyesal Usai Jual Tanah: Kini Tak Punya Penghasilan
“Sekarang masih ada tiga ekor lagi,” ujarnya, seperti yang dikutip dari Tribunnews.com, Rabu (26/1/2022).
Demikian pula halnya Warsono (44), warga lain di Desa Wadung, Kecamatan Jenu. Ia sudah menjual satu dari lima ekor sapi peliharaannya untuk menyambung hidup.
“Sebelum pembebasan lahan, saya ikut bertani orang yang punya lahan, sekarang sudah dijual dan lahan tidak bisa dikelola,” ucapnya.
Penulis : Switzy Sabandar Editor : Desy-Afrianti
Sumber : Kompas TV