> >

Cerita Sutopo Mengayuh Becak demi Menyalurkan Hobi Baca, Banyak Pengalaman Unik

Sosial | 25 Desember 2021, 06:53 WIB
Sutopo membaca salah satu buku bacaan koleksinya, Jumat (24/12/2021). (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Seorang pria terlihat duduk di kursi penumpang becak. Sekilas becak itu tampak sama dengan becak lainnya. Begitu pula dengan pria pemiliknya, Fransiskus Xaverius Sutopo.

Namun, jika diperhatikan dengan saksama, ada yang membedakan becak tersebut dengan becak-becak lain.

Di dalam becak milik pria berusia 74 tahun ini terdapat buku yang tertata rapi di rak pada sisi kiri, kanan, dan belakang kursi penumpang.

Siang itu, Jumat (24/12/2021), seperti hari-hari lainnya, Sutopo mangkal di Jl Tentara Pelajar, Kota Yogyakarta. Hanya beberapa ratus meter ke arah utara dari kantor Samsat Kota Yogyakarta.

Sutopo seperti tidak memedulikan lalu lalang kendaraan di sekitarnya. Jemari keriputnya sesekali menata ulang buku di sisi kanannya, sambil menunggu penumpang.

Beberapa sentimeter dari buku-buku itu, terlihat sebuah termos minuman berwarna hijau, termos berisi air yang menemani Sutopo mengais rupiah dari menarik becak.

Pada bagian depan becaknya, tertempel tulisan “Becak Pustaka” serta beberapa tulisan lain, yang menunjukkan bahwa buku-buku itu boleh dibaca gratis.

Saat Kompas TV mendatangi dan menyapanya, Sutopo turun dari becak dan mengenakan blangkon (topi khas Jawa) yang tadi diletakkan di sampingnya, tak jauh dari kacamata plus miliknya.

Dia lalu mengambil kantung plastik berwarna hitam, mengeluarkan kemeja batik, kemudian mengenakannya. Senada dengan motif kursi penumpang pada becaknya.

“Supaya kelihatan ciri Jogjanya, Mas,” kata Sutopo sambil tertawa dan menurunkan masker yang dikenakannya ke dagu.

Jadi Anggota Perpustakaan Sejak Kelas 4 SD

Sutopo menceritakan awal dirinya membuat becak pustaka tersebut. Kata dia, kegemarannya membaca menjadi salah satu alasan dirinya membuat becak pustaka.

“Ceritanya, saya ini sejak kecil senang membaca, bahkan sejak kelas 4 SD saya sudah jadi perpustakaan Amerika di Jogja, dulu ada di depan Pasar Kranggan, namanya Jefferson Library,” tuturnya.

Baca Juga: Minibus Tabrak 4 Becak Parkir di Palembang, 3 Pengemudi Becak Kritis dan 1 Meninggal Dunia

Sutopo yang mengaku sebagai pensiunan pegawai negeri sipil (PNS) pada TNI AD ini juga pernah menjadi anggota perpustakaan Hatta Foundation di Malioboro.

Setelah dirinya pensiun sebagai PNS pada 2003 Sutopo yang biasanya bekerja, merasa bingung karena tidak memiliki kegiatan.

Selama setahun dia memikirkan hal yang harus dilakukannya setelah pensiun. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli becak dan bekerja sebagai pengayuh becak.

Ratusan buku yang ada di dalam Becak Pustaka milik Sutopo (74) tahun di Yogyakarta. (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

“Nah, waktu saya pensiun dari PNS TNI AD tahun 2003, itu saya pertimbangannya sampai satu tahun. Masuk 2004 saya beli becak, dan jadi pengayuh becak.”

“Karena saya senang membaca, di kiri dan kanan tempat duduk saya taruh 10 buku,” lanjutnya.

Saat itu sebagian pelanggannya adalah orang tua siswa yang sekolah di salah satu sekolah dasar dekat tempatnya mangkal.

Beberapa ibu-ibu rupanya tertarik saat melihat sejumlah buku di becak Sutopo. Seorang ibu kemudian bertanya, apakah Sutopo senang membaca.

“Dia tanya apakah saya suka membaca? Keesokan harinya disumbang 20 buku. Hari-hari berikutnya ada yang menyumpang 30 dll. Akhirnya penuh dengan buku sebanyak 50 buku,” kenangnya.

Banyaknya buku yang diterimanya membuat Sutopo merasa tidak adil jika buku-buku itu hanya dibacanya sendiri.

Dia pun mendapatkan ide agar buku-buku itu bisa dibaca oleh banyak orang secara cuma-cuma alias gratis.

“Untuk 50 buku kan kurang etis kalau saya baca sendiri di rumah. Lalu saya punya ide untuk membuat rak di becak saya ini.”

Rupanya aktivitasnya tersebut menarik perhatian sejumlah awak media dan memberitakan tentang Sutopo. Dia bahkan mengaku pernah diundang ke Jakarta.

Sejak itu koleksi buku miliknya perlahan bertambah. Cukup banyak orang-orang yang datang menyumbangkan buku pada Sutopo.

“Akhirnya bukunya bertambah, penyumbangnya dari percetakan, dari perpustakaan,” imbuhnya.

"Akhirnya jumlahnya mencapai 100 buku di becak, 100 buku di rumah. Rumah saya di Tugu ke Utara, namanya Cokrokusuman.”

Alasan Menggratiskan Peminjam Buku

Seluruh buku koleksinya boleh dibaca dan dipinjam secara gratis oleh siapa pun. Peminjam juga dibolehkan membawa pulang buku yang mereka pinjam.

Sutopo mengungkapkan alasannya memberi pinjaman buku gratis pada masyarakat.

Dia berpendapat, minat masyarakat untuk membaca sebenarnya cukup tinggi, namun mereka terkendala harga buku yang relatif mahal.

“Ini semua gratis dibaca. Karena saya lihat kendala di masyarakat itu banyak yang suka membaca, tapi kendalanya, satu, buku mahal.”

Selain itu, untuk sejumlah kalangan, dia menyebut tidak mungkin berkunjung ke perpustakaan yang ada sekadar untuk membaca buku.

“Lalu untuk masuk ke perpustakaan itu impossible mereka itu, nggak mungkin. Contohnya bakul pasar, tukang becak, pedagang kaki lima, pemulung, dan sebagainya,” tegasnya.

Berdasarkan dua pertimbangan itu, Sutopo menyodorkan buku-buku miliknya untuk dibaca.

Sumbangan buku pun terus mengalir, bahkan ada sumbangan yang berasal dari salah satu pemilik toko buku online di Bali, yang enggan menyebutkan identitasnya.

Kegiatan sosial yang dilakukan oleh Sutopo juga memberinya berkah. Sutopo pernah menjadi juara keempat lomba literasi yang diselenggarakan oleh salah satu toko buku terbesar di Indonesia.

“Saya pernah ikut lomba literasi Gramedia dan saya juara empat, dapat Rp4 juta. Pesertanya ada gerobak sapi, ada mobil, ada sepeda, saya becak.”

Meski saat ini usianya tidak lagi muda, Sutopo mengaku masih akan terus meminjamkan buku secara gratis.

“Biasanya penumpang sambil di atas becak sambil membaca. Orang sangat tertarik dengan keberadaan buku di becak saya.”

Sutopo berdiri di depan becak pustaka miliknya yang berisi ratusan eksemplar buku bacaan. (Sumber: Kompas TV/Kurniawan Eka Mulyana)

“Jadi, becak saya itu berfungsi dua, untuk mengantar penumpang dan berfungsi sebagai perpustakaan,” lanjutnya.

Pengalaman Unik

Seperti juga kegiatannya yang cukup unik dan menarik, Sutopo pun beberapa kali mengalami kejadian unik yang menurutnya menyenangkan.

Salah satu kejadian yang terus diingatnya adalah ketika seorang siswa SD enggan pulang sekolah bersama sang nenek.

Saat itu nenek dari sisiwa itu datang menjemput, dan mengajak cucunya pulang menggunakan kendaraan pribadi yaang digunakan si nenek.

“Dia nggak mau, karena mau naik becak saya. Mau membaca buku,” kenang Sutopo.

Sang nenek pun mengalah dan membolehkan si anak naik becak. Namun, setibanya di rumah si anak enggan turun dari becak karena buku yang dibacanya belum kelar.

“Bacanya buku belum selesai. Jadi minta diantar ke sekolahan lagi.”

Kejadian menarik lainnya adalah ketika ada seorang ibu yang datang dan meminjam buku miliknya.

Saat pertama kali meminjam, tidak ada hal aneh yang terjadi. Si ibu mengembalikan buku yang dipinjamnya beberapa hari setelah meminjam.

Kemudian, ibu itu kembali meminjam buku lain milik Sutopo. Pada peminjaman kedua ini, si ibu mengembalikan bukunya dan menyisipkan sejumlah uang di antara lembaran buku.

“Untuk yang kedua ini, ternyata diselipi uang di dalam bukunya. Dia bilang, ‘Pak hati-hati membuka bukunya’. Ternyata ada uang di dalam buku,” kata Sutopo mengisahkan.

Setelah mengembalikan buku, beberapa waktu kemudian si ibu kembali datang dan meminjam buku.

“Yang ketiga ini, cara mengembalikan bukunya sangat aneh.”

Baca Juga: Viral Becak Dinosaurus di Bandara YIA, Bisa Dikayuh dan Disewakan Rp20 Ribu Sekali Naik

Ibu itu mengembalikan buku dengan memasukkannya dalam kantung plastik berwarna hitam. Selain buku yang dipinjam, di dalam kantung plastik juga ada amplop putih.

Kala itu ibu tersebut kembali mengingatkan agar Sutopo berhati-hati saat membuka kantung plastik, sebab di dalamnya ada sejumlah uang.

Ternyata amplop tersebut berisi uang sebesar Rp1 juta.

“Begitu orangnya pergi, saya buka, isinya satu juta rupiah. Ibu itu langsung saya tututi (kejar). Saya bilang, Bu, ini uangnya nanti keliru, Bu.”

“Tapi, kata ibu itu, kemarin suaminya sukses berbisnis dan menyisihkan uang untuk Pak Topo membeli buku dan sebagainya,” dia kembali mengenang.

Penulis : Kurniawan Eka Mulyana Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU