> >

Muktamar NU Bahas Operasi Penyesuaian Kelamin Pasien Interseks, Ternyata Jumlah Pengidap Meningkat

Muktamar nu | 23 Desember 2021, 07:47 WIB
Ketua Umum PBNU Saiq Aqil Siroj dalam Pembukaan Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung. di Muktamar NU ke-34 para ulama juga akan bahas soal operasi kelamin bagi interseks (Sumber: Tangkapan Layar Youtube Setpres/ninuk)

BANDAR LAMPUNG, KOMPAS.TV - Komisi Bahtsul Masail Ad-Diniyah Al-Waqi'iyah di Muktamar Ke-34 NU membahas gejala interseksual secara keagamaan.

Komisi Al-Waqi'iyah Muktamar NU 2021 di Lampung ini juga membahas operasi penyesuaian alat kelamin bagi orang dengan gejala interseksual saat dewasa.

Sekretaris Komisi Bahtsul Masail Ad-Diniyah Al-Waqi'iyah Tahun 2021 KH Sarmidi Husna mengatakan, komisinya akan membahas perihal cara penentuan jenis kelamin seseorang yang hanya mempunyai alat kelamin laki-laki (sempurna atau tidak) namun memiliki rahim, mempunyai darah haid meskipun tertahan di dalam tubuh atau ciri-ciri lain yang menjadi ciri lahiriyah wanita.

“Sebaliknya, kita juga akan membahas cara penentuan jenis kelamin seseorang yang hanya mempunyai alat kelamin wanita (sempurna atau tidak) namun tidak memiliki rahim, tidak mengalami menstruasi, atau ciri lain yang menjadi ciri lahiriah laki-laki,” kata Kiai Sarmidi, Rabu malam (22/12/2021).

Ia menambahkan, orang yang terlahir sebagai interseks bisa tampak seperti pria atau wanita pada umumnya, tetapi memiliki organ reproduksi pria dan wanita.

Baca Juga: Peduli Ulama Sepuh, Panitia Muktamar NU Resmi Geser Lokasi Pemilihan Ketua PBNU

Alasan Muktamar NU Bahas Operasi Penyesuaian Kelamin

Seorang pria yang terlahir dengan kondisi ini tidak hanya memiliki penis, tetapi juga rahim di dalam tubuhnya.

Sebaliknya, seorang wanita dengan kondisi interseks memiliki rahim sekaligus testis pada tubuhnya. Kondisi ini umumnya terjadi karena perubahan genetik.

Banyak kasus interseks diketahui ketika penderita menginjak remaja atau dewasa karena tanda-tanda jenis kelamin seseorang pada masa itu semakin jelas.

Seseorang sejak bayi hingga remaja diperlakukan sebagai wanita karena penis atau testisnya tidak kelihatan. Namun ternyata sampai dewasa ia tidak mengalami menstruasi dan setelah diteliti ternyata tidak punya rahim.

“Masalah ini diangkat dalam Muktamar NU menyusul peningkatan jumlah pengidap ketidakjelasan kelamin atau interseksual dari tahun ke tahun,” kata Kiai Sarmidi.

Baca Juga: Deretan Kisah Atlet Interseks, Mulai Kehilangan Gelar sampai Bunuh Diri

Penelitian dosen pada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, pakar histologi, dan peneliti kerancuan kelamin, Prof Sultana MH Faradz, menyebutkan bahwa jumlah kasus yang tidak atau belum dilaporkan mungkin jauh lebih banyak karena banyak orang yang mengalami gangguan ini merasa malu. Hingga sekarang prevalensinya belum terlalu jelas.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU