> >

Ternyata PVMBG Pernah Keluarkan Peringatan Dini Bencana Gunung Semeru, tapi BPBD dan Pemda Abai

Peristiwa | 7 Desember 2021, 05:05 WIB
Seorang personel tim penyelamat berjalan di wilayah yang terdampak erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). (Sumber: AP Photo/Trisnadi)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mengeluarkan peringatan dini sebelum terjadinya erupsi besar Gunung Semeru Sabtu 4 Desember 2021 lalu.

Jika peringatan tersebut ditindaklanjuti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Pemerintah Daerah di sekitar Gunung Semeru, maka potensi adanya korban saat erupsi dapat dihindari.

Hal ini disampaikan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono dalam wawancara di Breaking News Kompas TV, Senin (6/12/2021).

Dia menjelaskan, daerah-daerah yang saat ini terdampak bencana erupsi Gunung Semeru, sudah masuk dalam peta rawan bencana sebagai bagian dari sistem peringatan dini. PVMBG sudah menyampaikan peta itu ke BPBD dan Pemda setempat.

Bahkan PVMBG sebelum erupsi besar Sabtu 4 Desember lalu, juga sudah merekomendasikan agar daerah-daerah tersebut steril dari kegiatan.

“Kami sudah sampaikan kawasan rawan bencana tiga harusnya tidak ada kegiatan, karena memang berbahaya untuk terkena awan panas guguran,” kata Budi Eko Lelono.

Budi Eko Lelono menjelaskan ada sistem peringatan dini (early warning system) terkait bencana geologi seperti erupsi gunung berapi.

Dalam sistem peringatan dini tersebut, PVMBG berwenang mengeluarkan peringatan soal daerah-daerah yang rawan bencana, dan juga berwenang mengeluarkan rekomendasi yang harus dilakukan BPBD dan Pemerintah Daerah.

Baca Juga: Tak Ingin Tinggalkan Ibunya, Rumini Ditemukan Meninggal dalam Posisi Berpelukan Usai Erupsi Semeru

Terkait erupsi Gunung Semeru, PVMBG juga sudah sejak lama mengeluarkan peta rawan bencana. Dalam peta tersebut, tergambar daerah-daerah apa saja yang rawan, jika terjadi erupsi besar Gunung Semeru.

“Peringatan dini yang kami buat, pertama, dalam bentuk peta-peta rawan bencana. Di mana kami membuat zona atau radius-radius terkait dengan jika ada erupsi. Kita buat radius, satu kilometer, lima kilometer, delapan kilometer dan seterusnya,”. Katanya.

Menurut Eko Budi Lelono, peta rawan bencana tersebut dibuat, karena memang di tahun 2021 ini sudah sering terjadi erupsi di Semeru, meskipun tidak sebesar erupsi yang terjadi pada Sabtu 4 Desember 2021 lalu.

“Setiap bulan pasti ada erupsi,” ujar Eko.

Karena itu PVMBG juga membuat rekomendasi kepada BPBD dan Pemda di sekitar Gunung Semeru (Kabupaten Lumajang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur) agar daerah yang masuk peta rawan bencana, steril dari kegiatan.

Eko menjelaskan rekomendasi yang telah dikeluarkan PVMBG antara lain, agar daerah dalam radius lima kilometer harus dikosongkan. Selain itu, untuk daerah aliran dari kawah yaitu ke arah tenggara dan selatan misalnya di Besuk Kobokan, juga harus steril dari kegiatan.

Baca Juga: Bupati Lumajang Sebut Kemungkinan Masih Banyak Warga Hilang

Sebab daerah-daerah tersebut rawan guguran awan panas, dan jika curah hujan tinggi dapat membawa material dari kawah yang terus meluncur ke bawah hingga 10 – 11 kilo meter.

“Harusnya diwaspadai. Ini sebagai alat mitigasi bahwa untuk radius 5 km dari puncak dan sepanjang sungai Kobokan harus dikosongkan, itu salah satu early warning."

Namun dia menegaskan PVMBG hanya merekomendasikan dan tidak berwenang melaksanakan sterilisasi kegiatan di daerah-daerah yang masuk ke peta rawan bencana tersebut.

“Kami (PVMBG, Badan Geologi Kementerian ESDM) merekomendasikan saja, Pemda setempat dan BPBD mestinya menindaklanjuti apa yang sudah kami rekomendasikan,” papar Eko.

Dia mengatakan seharusnya rekomendasi PVMBG itu ditindaklanjuti meskipun erupsi Semeru belum maksimal. Sebab tidak ada yang bisa memprediksi kapan erupsi besar akan terjadi. Namun, sambung Eko Budi, jika erupsi besar terjadi maka dampak di daerah rawan bencana tidak terlalu besar karena daerah tersebut sudah tanpa kegiatan.

“Yah seharuusnya rekomendasi harus diikuti. Sehingga nanti apakah ada erupsinya besar atau kecil ya akan terhindar (korban), kalau tidak ada kegiatan,” ungkapnya.

Baca Juga: Erupsi Semeru Kembali Terjadi Senin Pagi, Warga Panik Selamatkan Diri

Budi Eko Lelono membenarkan bahwa daerah-daerah yang saat ini terdampak bencana erupsi Merapi, merupakan daerah yang sebelumnya telah dipetakan oleh PVMBG dalam sistem peringatan dini.

“Peta-peta kawasan rawan bencana yang kami buat sudah memasukan itu. Termasuk 10 -11 kilometer Sungai Kobokan ke arah Tenggara. Itu memang sudah diprediksi sampai di sana,” ungkapnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Senin (6/12/2021), melaporkan korban meninggal akibat erupsi Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur telah mencapai 22 jiwa.

Laporan tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam konferensi pers, Senin.

"Update (hingga) pukul 17.30 WIB, jumlah korban meninggal itu 22 orang. (Dengan rincian) di Kecamatan Pronojiwo 14 orang, kemudian di Candipuro delapan orang," kata Abdul.

Abdul menambahkan, dari total korban meninggal saat ini, lima yang ada di Kecamatan Pronojiwo masih belum teridentifikasi.

"Untuk Kecamatan Candipuro itu ada delapan orang meninggal dunia, di mana ada satu korban yang ditemukan di Kebon Deli Selatan jam 15.45 WIB dan masih belum dapat diidentifikasi," tambahnya.

Selain itu, hingga detik ini masih ada 27 korban hilang sehingga tim di lapangan terus berfokus untuk mencari dan menyelamatkannya.

"Dan masyarakat terdampak, baik di dua kecamatan yang terdampak langsung guguran awan panas maupun di delapan kecamatan yang terdampak abu vulkanik, jumlahnya 5.205 orang," tuturnya.

Abdul pun menyebut, terdapat 2.004 jiwa yang saat ini tengah mengungsi dan tersebar di 19 titik pengungsian.

 

Penulis : Vidi Batlolone Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU